Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Senin, September 07, 2009

Kepastian PLTU Tiara 1-2 bulan

MAKASSAR: Rencana pembangunan pembangkit­ listrik sekam padi
berkapasitas 2x10 MW di Kawasan Industri Makassar (Kima) oleh investor PT Tiara Energy akan memperoleh kepastian final jadi atau tidak dalam 1-2 bulan mendatang


Tiara Energy dan badan usaha milik­ negara PT Kima (Persero) baru-baru ini memaparkan rencana itu kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sulselrabar. Pada kesempatan itu, PLN menyatakan siap membeli listriknya.Direktur Utama Kima Bachder Djohan mengatakan pihaknya menangkap kesan amat serius dari Tiara untuk membangun pembangkit yang diperkirakan menelan­ Rp280 miliar.Menurut dia, kepastian jadi tidaknya investasi kira-kira 60%.


“Kami diberitahu dalam 1-2 bulan ke depan akan ada kepastian apakah Tiara jadi mewujudkan atau batal. Tapi sangat­ mungkin proyek ini jalan,” kata Bachder,­ kemarin.Direktur Teknik PT Tiara Energy Achmad­ Soebadio besok siang (Senin hari ini) dikabarkan akan berada di Makassar guna menemui sejumlah­ pejabat tinggi di Sulsel terkait beberapa­ rencana investasi perseroan di daerah itu.

Berdasarkan catatan Bisnis, rencana­ konstruksi pembangkit listrik­ adalah bagian dari niat yang lebih besar untuk­ membangun pabrik obat di kawasan yang sama. Pabrik ini proyek bersama Tiara, Kima, dan BUMN lainnya PT Kimia Farma Tbk.Pabrik diproyeksikan mem-produksi­ sekitar 18 jenis obat khususnya penangkal­ kanker. Setelah berproduksi,­ obat akan dipasarkan­ ke seluruh Indonesia hingga mancanegara­ namun terutama untuk­ wilayah timur.

Tiara, Kimia Farma, dan Kima sedikitnya telah bertemu lima kali, yakni­ dua kali di Jakarta dan tiga kali di Makassar. Pembangunan pabrik diharapkan bisa dimulai tahun ini juga.Penelusuran lewat mesin pencari di internet Google menunjukkan Tiara­ Energy adalah perusahaan swasta berbasis di Jakarta.

Penelusuran lewat mesin pencari di internet Google menunjukkan Tiara­ Energy adalah perusahaan swasta berbasis di Jakarta.Informasi dari situs Web Tiara Energy­ (tiaraenergy.com) juga menyebutkan perusahaan ini didirikan pada tahun 2005 dan bergerak di bidang­ migas, batu bara, pembangkit­ listrik, pengelolaan limbah, dan bioethanol.­

Sayangnya, tak ada informasi lebih terperinci mengenai rekam jejak Tiara­ dalam bidang-bidang usaha tersebut. Posisi presiden direktur Tiara dijabat Sunarto Ponirin yang tercatat sebagai Wakil Ketua Bidang Pendidikan Yayasan Puri Cikeas.Yayasan ini tercatat sebagai underbouw pendukung dan pemerhati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat.

1Siap beli
Ketika dikonfirmasi, General Manager­ PT PLN Sulselrabar Haryanto­ WS mengatakan pihaknya telah menyampaikan komitmen kepada Tiara saat pemaparan rencana itu untuk membeli produksi listriknya.Menurutnya, kendati harganya lebih mahal dibanding listrik pembangkit berbahan bakar gas, listrik yang dihasilkan dari pemrosesan sekam padi tersebut tetap jauh lebih murah ketimbang pembangkit diesel atau solar.

“PLN siap membeli listrik dari PLTU sekam karena termasuk energi terbarukan. Mereka sudah presentasi di PLN, kita minta dipercepat saja pembangunannya,” kata Haryanto.BUMN kelistrikan itu, lanjutnya, memang tengah membutuhkan pasokan daya baru dalam jumlah cukup­ besar guna secepatnya mengatasi krisis di wilayah Sulsel. Hal ini, imbuhnya, dengan syarat harga jual lebih murah dari diesel.

Sementara itu, Kima kemungkinan besar hanya menerima secara tunai kurang dari 50% nilai penjualan lahan seluas lima hektare untuk pembangunan pembangkit listrik. Selebihnya, hasil pelepasan lahan akan dikonversi menjadi penyertaan saham.Dengan kisaran harga tanah­ sekitar Rp400.000 per meter persegi, nilai transaksi penjualan lahan dapat mencapai Rp20 miliar.

Bachder Djohan pernah­ mengatakan pihaknya mengantongi­ opsi nilai tunai Rp7 miliar atau Rp5 miliar dari perkiraan total penjualan Rp20 miliar. Dua opsi itu sama-sama kurang dari 50% nilai transaksi.
Kima adalah satu dari lima BUMN pengelola kawasan industri. Empat lainnya, yaitu PT Kawasan Berikat Nusantara, PT Kawasan Industri Medan, PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma di Jateng, serta PT Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam.


Kima bergerak dalam penjualan lahan, sewa gudang, sewa bangunan­ pabrik siap pakai (BPSP), dan sewa alat berat. Pemerintah pusat memegang­ 60% saham perseroan, selebihnya Pemprov Sulsel 30% dan Pemkot Makassar 10%.