Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

40 Jiwa masih terjebak di Palopo

PALOPO, Sulsel: Sekitar 40 warga dari RW 3, Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat masih terisolir oleh sisa tanah longsor sampai tiga hari pasca longsor di Kota Palopo, Sulsel. Hal ini dikemukakan Camat Wara Barat Idris Kaso di Palopo, kemarin siang. Menurut dia, warga tersebut tidak dapat keluar­ dan dievakuasi dengan cepat karena akses jalan keluar terputus akibat masih ada ribuan kubik tanah menutupi.

Pemkot tata kampung nelayan

MANADO: Pemkot Manado akan menata ruang baru di kawasan pesisir untuk dijadikan kawasan perkampungan nelayan. “Kawasan pesisir yang sebagian besar berada­ di utara akan direvitalisasi supaya selain menjadi permukiman, juga menjadi pendukung pariwisata sebab diatur sebagai kawasan pengembangan nelayan,” kata Kepala Bappeda Manado Revin Lewan, kemarin. Lewan mengatakan kawasan dimaksud mencakup Bailang di Kecamatan Bunaken, serta Karangria di Kecamatan Tuminting.

Rumput laut Seram 135 ton

AMBON: Lima kelompok nelayan yang membudidayakan rumput laut di Desa Wael, Kabupaten Seram Bagian Barat, setiap tahun mampu menghasilkan 135 ton. “Hasil panen saya rata-rata 1,8 ton per tahun­ sejak Mei 2007. Tapi kalau digabungkan dengan empat kelompok nelayan lain, jumlahnya­ cukup besar,” kata Ketua Kelompok Budidaya Rumput Laut Sukamaju La Idris M. Thalib, kemarin. Lima kelompok nelayan yang mengembang­kan­ rumput laut itu masing-masing ber­anggota 15 orang.

Kamis, November 12, 2009

Musim tanam ketiga bergeser

MAKASSAR: Musim tanam ketiga September-Desember yang mundur akibat kemarau panjang berpotensi menekan produksi padi di Sulsel dan mengancam target surplus beras dua juta ton.

Meski demikian, dengan persiapan sarana produksi (saprodi) serta alat dan mesin pertanian (alsintan) yang jauh lebih baik dibanding tahun lalu, tercipta celah untuk menutupi dampak negatif dari kemunduran musim tanam tersebut.Ketua Kerukunan Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Sulsel Rahman Daeng Tayang mengatakan persoalan musim yang kurang bersahabat tahun ini membuat keberhasilan mempertahankan tingkat produksi 2008 saja sebenarnya sudah bagus.

Berdasarkan pengalaman sebe-lumnya,­ kata dia, hampir bisa dipastikan kemunduran musim tanam bakal mengurangi produksi­ seiring timbulnya efek turunan seperti hama dan kekeringan. “Padi kalau tidak ditanam di saat tertentu pasti kurang bagus hasilnya. Begitu musim tanam mundur, produksi juga selalu turun,” kata Rahman, kemarin..

Badan Pusat Statistik (BPS) pekan ini mengeluarkan angka ramalan III (ARAM III) produksi padi Sulsel yang diperkirakan mencapai 4,37 juta ton gabah kering giling (GKG) atau naik 7% dari angka tetap (ATAP) 2008.Produksi tersebut meliputi padi sawah 4,34 juta ton dan padi ladang 30.000 ton. Peningkatan dipicu naiknya luas panen sebesar 4,7% dan produktivitas 2,2%.

Perkiraan produksi itu masih defisit 700.000 ton dari target 5,08 juta ton GKG untuk menghasilkan surplus beras dua juta ton. Surplus menjadi niscaya jika GKG menembus lima juta dengan asumsi konsumsi lokal dan peng­adaan beras Bulog satu juta ton.Kabid Statistik Produksi BPS Laode Sarman mengatakan defisit 700.000 ton tidak mustahil dijangkau asal proses produksi berjalan normal dan produk­tivitas melejit.

“Kita jangan pesimis dulu. Mudah-mudahan luas panen masih bisa lebih tinggi dan produktivitas lahan benar-benar melonjak,” kata Laode.Output ARAM III telah lebih tinggi dari ARAM II sebesar 4,14 juta ton GKG. ARAM III memasuk­kan realisasi Januari-April dan Mei-Agustus, serta prediksi panen September-Desember.

BPS akan merilis data ARAM IV atau ATAP 2009 yang notabene lebih akurat dibanding ARAM III awal tahun depan. Menurut ARAM III, produksi­ tertinggi 2009 dicapai pada musim tanam Januari-April sebesar 1,77 juta ton GKG.

Pasok non urea
Kepala Dinas Pertanian Sulsel Lutfi Halide yang dihubungi meminta waktu sebelum memberi keterangan karena tengah berobat.Namun, belum lama ini dia mengatakan optimistis surplus dua juta ton masih terjangkau sebab pihaknya telah agresif membagikan bibit hibrida ke beberapa daerah sentra produksi, a.l. Luwu Raya, Sidrap, Pinrang, dan Bone yang bila dijumlahkan dapat mencapai 90.000 ha.

Produktivitas padi hibrida di­klaim sanggup menembus 10 ton per ha bahkan 13 ton, sedang­kan rerata produktivitas benih biasa 4-5 ton.Rahman Tayang mengemukakan kabar baiknya adalah persiapan stok saprodi maupun alsintan di sentra produksi kini relatif sangat memadai. Dia memuji kesigapan pihak terkait menyediakan bibit, pupuk urea, dan pompa.

“Tetapi yang agak mengkhawatirkan untuk Desember-Januari nanti adalah stok pupuk non urea. Kami minta ini diperhatikan karena laporan dari daerah,­ pasokannya menipis,” kata Rahman.Kendati hanya pelengkap, pupuk organik seperti ZA, NPK, dan SP-36 sangat dibutuhkan untuk membantu menjaga ke­suburun tanah. Petani lazim memadukan pupuk urea dan non urea

»» read more

Poboya agar masuk program 100 hari

PALU: Asosiasi Pertambangan­ Emas Rakyat Indonesia (Asperi) meminta­ Kabinet Indonesia­ Bersatu II menjadikan tambang­ emas Poboya di Palu, Sulawesi Tengah, bagian­ dari agenda nasional­ 100 hari pemerintahan­ Susilo Bambang­ Yudhoyono-Boediono.

“Kami menyarankan pertambangan­ Poboya juga menjadi program 100 hari karena ini bagian dari kepentingan­ strategi nasional di bidang per­tambangan dan energi,” kata Ketua Umum Asperi Syamsuddin M. Said di Palu, kemarin. Poboya, kata Syamsuddin, hendaknya­ tidak menjadi urusan satu menteri saja, yakni menteri energi­ sumber daya mineral (ESDM), namun juga kehutanan, lingkungan hidup, perekonomian, daerah tertinggal, serta koperasi dan UKM.

Dia mengatakan Poboya penting­ sebab potensinya sangat besar bahkan­ diperkirakan seluruh gunung di lembah Palu memiliki kandungan emas. Saat ini jumlah tromol yang ber­operasi di tambang emas Poboya sudah berkisar 7.000 unit. Emas yang dieksploitasi setiap hari diperkirakan mencapai 14 kilogram karena tiap tromol memproduksi satu hingga dua gram emas dalam tempo empat jam. Jika dikonversi dalam bentuk uang, sedikitnya berkisar Rp2,8 miliar.

“Jika satu tromol menghasilkan dua gram per hari, kali 7.000 tromol, dikali Rp100.000 per gram, Anda kali saja berapa,” kata Syamsuddin. Hasil tambang emas Poboya masih dikelola secara konvensional oleh pendulang yang datang dari berbagai daerah di Tanah Air. Puluhan kios kecil berdiri di sekitar lokasi tambang sebagai tempat transaksi jual beli.

Menurut Syamsuddin, sangat mungkin tak lama lagi Sulteng akan dikenal sebagai daerah produsen emas yang sebelumnya terkenal dengan hasil kopra, ebony (kayu hitam), rotan, dan kakao. Dia mengatakan warga yang terlibat dalam pertambangan rakyat di Poboya mencapai 2.500 orang. Mereka­ terdiri atas penggali, pengangkut, pengolah tromol, dan pedagang. Sebagian besar yang terlibat dalam pertambangan itu adalah masyarakat dari luar Palu.


Sumber
Syamsuddin menilai Poboya dapat menjadi sumber pendapatan paling besar di Palu. Sayangnya, hingga kini lahan itu masih dikelola konvensional­ di bawah koordinasi dewan adat. Pemkot Palu diketahui tengah menyiapkan peraturan daerah tentang pengelolaan pertambangan rakyat terkait hal itu. Ke depan, diharapkan eksploitasi di tambang ini berjalan efektif dan jauh dari konflik.

“Kita menunggu perda yang akan dikeluarkan pemerintah kota,” kata Syamsuddin. Pemprov Sulawesi Tengah memberi batasan luas lahan yang boleh ditambang, yakni 12.000 hektare. Luas tersebut merupakan kelebihan lahan milik PT Palu Citra Mineral (CPM) sebagai pihak yang mendapat izin pengelolaan tambang dengan konsesi lahan 37.000 ha.

Syamsuddin mengibaratkan Poboya sebagai industri pariwisata domestik terbesar di Sulteng, seperti Bali. Bedanya, di Bali orang datang membawa uang untuk mengunjungi­ pariwisata, di Palu orang datang mengunjungi­ lokasi tambang. “Ini potensi paling besar. Kalau pertambangan ini dikelola secara baik, Palu akan menghasilkan uang yang besar sehingga mau bangun apa saja bisa,” katanya.

Sejauh ini, lokasi pertambangan rakyat di Poboya dilaporkan masih bebas dari konflik antar penambang dan warga lainnya. Asperi dideklarasikan di Palu September lalu. Kehadiran Asperi, kata Syamsuddin, ingin membantu penambang agar tidak mendapat kendala dalam kegiatan menambang, tertib dan terjamin keamanannya. Dalam waktu dekat akan dibentuk­ Asperi di Jawa Timur. Di sana terdapat 15 kabupaten­ berpotensi tambang.­

»» read more

BNI biayai listrik minihidro US$4,9 juta

MANADO: PT Bank Negara Indonesia Tbk siap membiayai investasi pembangkit listrik tena-ga­ minihidro (PLTM) 7 MW di Sawangan, Kabupaten Minahasa Utara, sebesar US$4,9 juta.Pemimpin Bank BNI Wilayah XI Manado Joppy Lamonge mengatakan pihaknya hanya mem­biayai separuh kebutuhan in­vestasi yang mencapai US$7 juta.

“PLTM Sawangan mampu menghasilkan listrik 7 MW dengan­ total investasi US$7 juta,” kata Joppy di Manado, kemarin.PLTM Sawangan akan memanfaatkan air terjun ukuran kecil yang banyak terdapat di beberapa­ sungai di kawasan itu guna memutar turbin pembangkit.

Joppy mengatakan BNI sangat berminat mengucurkan kredit investasi di bidang kelistrikan sebab potensi sumber daya alam dan pasar kelistrikan masih cukup besar.“Masih banyak air terjun yang sebenarnya mampu menghasilkan listrik tetapi belum dimaksimalkan, sedangkan kebutuhan masih kurang tercukupi dengan pasokan yang ada. Makanya ini menarik,” katanya.

Beberapa tahun terakhir, pasokan listrik di Sulawesi Utara memprihatinkan, ditandai terus terjadinya pemadaman listrik. BNI, tutur Joppy, melihat pembiayaan investasi listrik sebagai sebuah peluang ekspansi kredit di masa depan.Dia mengatakan pihaknya siap membiayai bukan hanya listrik minihidro saja, tetapi semua investasi kelistrikan selama memenuhi syarat perbankan dan punya prospek baik.

»» read more

Apindo protes upah minimum ke gubernur

MAKASSAR: Asosiasi Pe­­ng­usaha Indonesia (Apindo) Sulsel hari ini akan mengirim surat protes resmi kepada Gubernur Syahrul Yasin Limpo terkait voting­ dewan pengupahan mengenai upah minimum provinsi 2010.Ketua Apindo Sulsel Latunreng mengatakan pihaknya tetap pada pendirian kenaikan UMP jangan lebih dari 5%, sedangkan serikat pekerja meminta 15%.

Dalam rapat terakhir akhir pekan lalu, dewan pengupahan melakukan voting penentuan UMP dengan opsi kenaikan 2%, 5%, 7%, 10%, dan 15%. Apindo yang protes memutuskan walk out.Dewan pengupahan terdiri atas perwakilan tripartit, masing-ma­sing lima utusan Apindo, lima wakil serikat pekerja, serta 10 orang pemerintah dan akademisi. Fraksi pemerintah dan akademisi mendorong kenaikan 7% dengan alasan nilai tengah.

“Rencananya besok kami sampaikan surat ke gubernur. Kalau voting yang dipakai, sedangkan wakil pemda dan akademisi 10 orang, untuk apa kita rapat?” kata Latunreng, kemarin.Dia menuturkan pihaknya khawatir voting dijadikan preseden di kemudian hari sehingga tak ada lagi keputusan bersama atas dasar pertimbangan matang.

Saat ini UMP Sulsel tercatat Rp905.000 setelah dalam pembahasan tahun lalu pemerintah secara mengejutkan mengusulkan kenaikan hingga 22,3% atau dua kali lipat tahun sebelumnya.

»» read more

Next Page