Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Senin, November 02, 2009

Gernas kakao di Sulbar gagal

MAMUJU: Program Gerakan­ Nasional (Gernas)­ Peningkatan Mutu dan Produksi Kakao­ di Sulawesi Barat tahun ini dinilai gagal karena distribusi­ pupuk ke petani terlambat.Koordinator Forum Komunikasi Petani Sulawesi Barat (FKPSB) Sukri Umar mengatakan hingga kini sistem distribusi pupuk terlambat hingga tiga bulan dengan alasan faktor geografis provinsi itu yang cukup berat.

“Jika masalah ini tidak segera ditangani dengan baik maka petani akan terus mengalami kesulitan sehingga program Gernas kakao di Sulbar gagal,” katanya di Mamuju, akhir pekan silam. Dia menambahkan waktu yang diperlukan untuk distribusi pupuk­ rata-rata sekitar tiga bulan. Menurutnya, memastikan penyaluran­ pupuk dapat berjalan saja tidak cukup.

Pemerintah, kata dia, harus pula memastikan pupuk diterima tepat waktu sebab sangat dibutuhkan. Sukri menambahkan secara teknis kondisi itu menunjukkan buruknya perencanaan pemprov.“Untuk melaksanakan sambung samping kakao, tahap pertama yang harus­ dilakukan adalah pemupukan dengan­ asumsi agar kondisi tanaman sehat,”­ katanya.

Akan tetapi, lanjutnya, yang terjadi saat ini adalah petani terpaksa melakukan sambung samping tanpa memberi pupuk terhadap tanaman terlebih dahulu.Akibatnya, lanjut dia, banyak­ tanaman kakao yang sudah disambung­ samping akhirnya mati karena tidak berada dalam kondisi­ sehat. Tidak hanya itu, menurut dia, proses penyaluran bibit pun diyakini tidak akan selesai­ hingga akhir tahun anggaran­ ini.

“Belum lagi pemotongan bantuan­ kepada kelompok tani, seperti gunting pangkas, handsprayer, dan chainsaw yang kerap terjadi,” imbuhnya.Fenomena ini, kata dia, sudah menunjukkan indikasi bahwa realisasi program gernas pada tahun pertama gagal.

Terhambat pupuk
Sementara itu, dari Sulawesi Selatan dilaporkan Gernas kakao­ juga terkendala pasokan pupuk­ karena dua produsen tidak memproduksi pupuk NPK dalam bentuk­ tablet dan briket.Kepala Dinas Perkebunan Sulsel­ Burhanuddin Mustafa mengungkapkan dua produsen pupuk tersebut hingga saat ini hanya memproduksi pupuk NPK dalam bentuk “granul.”

Padahal, kata dia, untuk mengefisienkan penggunaan pupuk,­ pemerintah pusat telah memutuskan memakai pupuk dalam bentuk­ tablet dan briket.“Pupuk NPK dalam bentuk granul tidak mampu terserap baik pada tanaman kakao. Pada musim hujan, pupuk granul ini mudah terbawa air,” katanya belum­ lama ini.

Di samping itu, lanjut dia, selama masa revitalisasi kebutuhan pupuk dalam bentuk granul jauh lebih banyak dibanding pupuk tablet maupun briket menyusul tingginya kebutuhan pupuk per hektare.Menurut dia, pihaknya telah meminta 10 pemerintah kabupaten/kota yang masuk dalam program itu untuk menyelesaikan analisis tanah dan jaringan tanaman.

Dia mengharapkan analisis tanah dan jaringan tanaman diselesaikan paling lambat Agustus 2009. Diperkirakan, peremajaan tanaman kakao setiap hektare membutuhkan pupuk 100 kilogram.Sementara itu, untuk intensifikasi dan rehabilitasi tanaman kakao dibutuhkan 250 kilogram per ha. Jumlah itu masih belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat petani kakao di sejumlah sentra pengembangan.

Sebagaimana diketahui, Depar-temen­ Pertanian memperkirakan Gernas Kakao 2009 di seluruh Sulawesi sebagai sentra akan mening­katkan produksi sekitar 300% per ha.Juru Bicara Departemen Pertanian Syukur Iwantoro di Jakarta pernah mengatakan Gernas Kakao 2009 dilaksanakan karena petani­ kakao di Sulawesi tiga tahun­ terakhir­ sangat terganggu akibat serangan penyakit hama penggerek­ buah kakao (PBK) yang sudah menyebar ke seluruh daerah.

Dia mengatakan hitungan pihaknya menunjukkan Gernas Kakao akan mampu meningkatkan produktivitas 300% per ha, yaitu dari 560 ton menjadi sekitar 1.500 ton per ha.Pada tahun ini, Gernas Kakao baru dilaksanakan di sekitar 20% total areal kakao di Sulawesi dan kawasan timur lainnya.

Dalam rangka itu, pemerintah telah membangun beberapa infrastruktur pendukung, seperti­ pusat informasi kakao yang dapat diakses­ internet termasuk di Sulbar.­Lewat pusat informasi itu, petani,­ penyuluh, dan warga lain dapat mengakses berbagai­ informasi tentang kakao mulai­ dari teknologi budidaya, penanganan­ penyakit, pasar, dan harga.