MAKASSAR: Fenomena alam El Nino yang menyebabkan kemarau panjang mengancam musim tanam di Sulsel sebab debit air dan curah hujan menurun. Sujarwo, Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Makassar, mengatakan peluang terjadinya El Nino di Sulsel sangat tinggi antara 70% hingga 80%.
Menurutnya, El Nino terjadi karena suhu permukaan laut di Samudera Pasifik meningkat. Akibatnya, daerah yang dilalui garis ekuator akan mengalami musim kering yang panjang. Di Indonesia dampak El Nino hanya dirasakan sebagian wilayah, seperti Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Fenomena El Nino di Sulsel sudah terasa sejak Juni, yaitu meningkatnya suhu udara hingga sangat kering dan dingin, meskipun terjadi hujan kecil. “Pekan lalu hujan memang mengguyur tapi curah hanya berkisar 10-12 mm, padahal normalnya curah hujan pada Juni-Juli di Sulsel 20-30 mm,” katanya, kemarin.
Sujarwo memperkirakan El Nino akan terjadi pertengahan Agustus tahun ini. Akibatnya, pola musim akan berubah, padahal secara normal musim hujan terjadi minggu pertama atau kedua November. “Kalau El Nino ada maka kemungkinan hujan baru bisa terjadi pada Desember,” ujarnya.
Menurutnya pola tanam pun berubah karena pasokan air sangat kurang. “Ini tentu membawa dampak besar bagi petani di Sulsel,” kata Sujarwo. Dia menyarankan Pemprov Sulsel membenahi irigasi atau waduk untuk penampungan air sebab bukan tidak mungkin terjadi kekeringan.
Menurutnya, El Nino terjadi karena suhu permukaan laut di Samudera Pasifik meningkat. Akibatnya, daerah yang dilalui garis ekuator akan mengalami musim kering yang panjang. Di Indonesia dampak El Nino hanya dirasakan sebagian wilayah, seperti Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Fenomena El Nino di Sulsel sudah terasa sejak Juni, yaitu meningkatnya suhu udara hingga sangat kering dan dingin, meskipun terjadi hujan kecil. “Pekan lalu hujan memang mengguyur tapi curah hanya berkisar 10-12 mm, padahal normalnya curah hujan pada Juni-Juli di Sulsel 20-30 mm,” katanya, kemarin.
Sujarwo memperkirakan El Nino akan terjadi pertengahan Agustus tahun ini. Akibatnya, pola musim akan berubah, padahal secara normal musim hujan terjadi minggu pertama atau kedua November. “Kalau El Nino ada maka kemungkinan hujan baru bisa terjadi pada Desember,” ujarnya.
Menurutnya pola tanam pun berubah karena pasokan air sangat kurang. “Ini tentu membawa dampak besar bagi petani di Sulsel,” kata Sujarwo. Dia menyarankan Pemprov Sulsel membenahi irigasi atau waduk untuk penampungan air sebab bukan tidak mungkin terjadi kekeringan.