Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Senin, November 02, 2009

REI: Hapus hambatan usaha RSh

MAKASSAR: Persatuan Perusahaan Realestate Indonesia (REI) meminta pemerintah dan pihak terkait secepatnya menghilangkan hambatan usaha yang selama ini memperlambat pemba­ngunan rumah sederhana (RSh) di Tanah Air.

REI menilai pembangunan RSh perlu lebih digenjot mengingat permintaan pasar tetap tinggi. Sejumlah hambatan usaha yang dimaksud, a.l. pasokan listrik, pengurusan izin, serta pembebasan­ lahan.Ketua DPD REI Sulsel Jama­luddin Jafar menyampai­kan poin tersebut saat diminta menyimpulkan tujuan dan hasil Rapat Kerja Nasional REI 2009 di Makassar, pekan lalu. Rakernas ini dirangkaikan dengan Rembuk FIABCI Wilayah Asia Pasifik ke-9.

“Target tahun ini di Sulsel harus ada 10.000 RSh, sedangkan di seluruh­ Indonesia 170.000. Tetapi yang terealisasi hingga Agustus baru 3.500 untuk Sulsel dan 94.000 di seluruh­ Indonesia,” kata Jamaluddin.Dia mengatakan lambannya pencapaian sasaran dise­babkan banyak masalah.­ Selain tiga hambatan di atas, para pengembang juga terkendala kenaikan harga bahan bangunan dan cuaca.

Jamaluddin menekankan pentingnya peran perbankan dalam memacu pembangunan rumah. REI, kata dia, sengaja mengundang sejumlah bank yang aktif membiayai RSh untuk turut serta dalam rakernas itu.Secara terpisah, Wakil Ketua REI Sulsel Haris Hody mengata­kan para pengembang umumnya sangat siap membantu memenuhi permintaan RSh. Hanya saja, kecepatan mereka kerap diperlambat oleh akses kredit perbankan.

Haris mengatakan pihaknya a­gak khawatir sejumlah bank yang selama ini membiayai RSh suatu waktu kelak memilih beralih­ ke jenis lain yang lebih menguntungkan.

Bank BTN

Ketika berbicara pada hari kedua rakernas REI Jumat pekan lalu, Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Iqbal Latanro meng­akui pembiayaan bagi rumah non RSh lebih menguntungkan dibanding RSh.Meski demikian, dia berjanji bank BUMN itu tetap akan menggelontorkan kredit RSh sesuai dengan harapan pemerintah dan pemangku kepentingan. RSh, kata dia, masih merupakan bisnis utama (core business) BTN. “RSh itu masih core business BTN sehingga tidak mungkin kami keluar,” kata Iqbal.

Berdasarkan catatan Bisnis, tahun lalu realisasi pembangunan RSh mencapai 110.000 unit atau di bawah target 130.000 unit. Untuk kepentingan itu, pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat menyiapkan subsidi Rp800 miliar.Dalam tiga tahun terakhir sejak 2006, sasaran RSh selalu meleset. Situasi serupa diperkirakan kembali terulang tahun ini menyusul belum adanya solusi permanen atas berbagai hambatan usaha yang dikeluhkan pengembang.

RSh bersubsidi seharga Rp55 juta per unit hingga nonsubsidi di bawah Rp150 juta per unit umumnya mengandalkan kredit dari Bank BTN.Ketua Umum DPP REI Teguh Satria mengatakan pihaknya tidak melihat indikasi Bank BTN sebagai salah satu tulang punggung pembiayaan RSh akan melepas segmen tersebut guna mengejar omzet lebih besar dari segmen lain.

Dia menegaskan BTN telah ditunjuk oleh pemerintah untuk menjadi perpanjangan tangan penyediaan Rsh bagi masyarakat kurang mampu. Data Bank Indonesia menunjukkan kredit properti semester I 2009 tumbuh Rp7 triliun menjadi Rp205,6 triliun. Pertumbuhan itu hampir separuh total pertumbuhan­ kredit nasional periode tersebut Rp15 triliun.

Kondisi ini dinilai menunjukkan sektor properti nasional tetap bertahan pada saat sektor lain melesu sebab kebutuhannya masih tinggi di hampir seluruh daerah.