Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Selasa, November 03, 2009

Aspal buton hemat devisa Rp3 triliun

KENDARI: Pemprov Sulawesi Tenggara menghitung pemanfaatan aspal buton secara optimal bakal menghemat devisa hingga Rp3 triliun per tahun atau separuh nilai impor aspal cair PT Pertamina.

Gubernur Sultra Nur Alam mengatakan hitungan tersebut menunjukkan pemerintah dan pelaku usaha sesungguhnya dapat melakukan efisiensi luar biasa dengan memakai aspal buton.Hal itu diungkapkan Nur Alam dalam dialog bersama sejumlah aktivis lingkungan di Kendari, Minggu malam. Gubernur meng­ungkapkan nilai impor aspal cair nasional tahun 2009 mencapai Rp6,2 triliun.

“Impor aspal kita dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun 2007 sebesar Rp5,6 triliun dan pada 2008 Rp6 triliun,” jelas Nur Alam. Dia menambahkan kebutuhan aspal nasional mencapai 1,2 juta ton per tahun. Jika dibanding­ potensi aspal buton yang diperki-rakan 600 juta ton per tahun, kebutuhan nasional bisa dipenuhi selama 500 tahun tanpa impor.

Produksi aspal buton hanya menyumbang sekitar 1,46% dari total kebutuhan aspal nasional. Tahun 2008, produksi aspal buton hanya mencapai 17.500 ton dari 1,2 juta ton kebutuhan nasional.Sesuai rencana, tahun 2010 pemerintah akan menghentikan impor aspal yang jumlahnya mencapai 600.000 ton (separuh dari kebutuhan aspal nasional).

Sebagai gantinya, pemerintah akan mengoptimalkan produksi aspal buton dan secara berangsur digenjot hingga mencapai satu juta ton per tahun.Tim Kerja Pendayagunaan Aspal­ Buton DPD RI diketahui telah mengajukan usulan revisi­ terhadap Inpres No.2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri.

Di dalamnya dimasukkan kebijakan pendayagunaan aspal buton sebagai produk dalam negeri yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi undang-undang penggunaan produk dalam negeri.Dalam sebuah simposium tentang aspal yang digelar di Sultra beberapa waktu lalu, selain harganya yang lebih murah, aspal buton juga disebut bisa diolah menjadi berbagai jenis produk aspal dengan peruntukan berbeda.

Minimal 50%
Gubernur Nur Alam mengungkapkan pihaknya tidak ingin muluk­-muluk menutupi 100% impor­ dan menggantinya dengan­ aspal buton. Namun, dengan meng­optimalkan produksi aspal buton diharapkan bisa menekan impor aspal hingga 50%.“Dengan demikian, kita bisa menghemat devisa negara. Apalagi berdasarkan penelitian, kualitas aspal buton tidak kalah dengan aspal­ yang diimpor Pertamina,” jelas Nur Alam.

Potensi aspal buton telah dike-lola beberapa perusahaan, a.l. PT Sarana Karya dengan kuasa penambangan eksploitasi aspal mulai berlaku 1 Januari 1991 sampai 1 Januari 2001. Wilayah konsesinya­ 8.000 hektare dan produksi 500.000 ton per tahun.Kendala dalam pengelolaan aspal­ ini adalah belum dapat bersaing dari segi mutu dengan aspal minyak dan perlu investasi besar­ dengan teknologi baru untuk mengekstraksi aspal.

Tahun lalu harga aspal minyak mencapai US$540 atau setara dengan­ Rp5,4 juta per ton. Harga aspal Buton lebih murah, yaitu US$250 atau Rp2,5 juta per ton.BUMN PT Wijaya Karya Tbk (Wika) dikabarkan berminat membangun pabrik aspal cair di Kabupaten Buton pada 2010. Sebagai tahap awal, perusahaan pelat merah tersebut telah membangun pabrik mini di Cibinong untuk menguji teknologi pabrik aspal padat menjadi cair.

Produksi aspal cair nantinya akan disalurkan untuk kebutuhan­ aspal dalam negeri. Rencana Wika juga telah mendapat lampu hijau dari Menteri Pekerjaan Umum lama Djoko Kirmanto yang saat ini menjabat lagi. Meski demikian, investasi aspal­ buton Wika masih terhadang­ persoalan izin kuasa pertambangan (KP). Pasalnya, izin KP di kabupaten itu telah habis dibagikan kepada perusahaan lain yang sebagian juga belum berproduksi.