MAKASSAR: Nilai ekspor Sulsel hingga triwulan III 2009 akhirnya hanya mencapai US$614,3 juta, jatuh 65% dari periode sama 2008 US$1,74 miliar setelah kembali tak ada nikel pada September.Sudah empat bulan berturutan nikel nihil dari sebelumnya menyumbangkan 60%-80% total ekspor. Sumbangan terbesar kini dipegang kakao/coklat, ikan dan udang, serta kayu dan barang dari kayu.
Kabid Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Anwar Haris mengatakan ekspor September turun 46% dibanding Agustus dan 66% terhadap September 2008. Kakao menyumbangkan hampir 65%.“Ekspor ke Amerika Serikat mencapai angka terbesar US$23,7 juta, disusul Malaysia, Singapura, dan Jepang. Biasanya Jepang paling tinggi jika ada nikel,” kata Anwar, kemarin.
Ekspor pernah menyentuh puncak kejayaan pada 2007 ketika nilainya menembus US$2,7 miliar. Angka ini anjlok hingga tinggal US$2,1 miliar pada 2008.Sepanjang 2009, secara keseluruhan terdapat enam bulan di mana ekspor nikel tercatat nol, yaitu Januari, April, Juni, Juli, Agustus, dan September.
Ekspor nikel dilakukan PT International Nickel Tbk (Inco). Perusahaan penanaman modal asing ini pernah menikmati harga US$50.000 per ton pada 2007, namun kini tergerus ke posisi US$11.000-12.000 per ton.Selama triwulan I 2009, produksi Inco berupa nikel dalam matte sebesar 16.200 ton, turun 6,36% dari triwulan IV. Bahkan, jika dikomparasi periode sama 2008, penurunan mencapai 20%.
Anwar mengatakan penurunan ekspor dibarengi impor yang merosot 41,8% menjadi US$22,1 juta. Komoditas terbanyak kapal laut dan bangunan terapung, gula dan kembang gula, perangkat optik, dan berbagai makanan olahan.
Kabid Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Anwar Haris mengatakan ekspor September turun 46% dibanding Agustus dan 66% terhadap September 2008. Kakao menyumbangkan hampir 65%.“Ekspor ke Amerika Serikat mencapai angka terbesar US$23,7 juta, disusul Malaysia, Singapura, dan Jepang. Biasanya Jepang paling tinggi jika ada nikel,” kata Anwar, kemarin.
Ekspor pernah menyentuh puncak kejayaan pada 2007 ketika nilainya menembus US$2,7 miliar. Angka ini anjlok hingga tinggal US$2,1 miliar pada 2008.Sepanjang 2009, secara keseluruhan terdapat enam bulan di mana ekspor nikel tercatat nol, yaitu Januari, April, Juni, Juli, Agustus, dan September.
Ekspor nikel dilakukan PT International Nickel Tbk (Inco). Perusahaan penanaman modal asing ini pernah menikmati harga US$50.000 per ton pada 2007, namun kini tergerus ke posisi US$11.000-12.000 per ton.Selama triwulan I 2009, produksi Inco berupa nikel dalam matte sebesar 16.200 ton, turun 6,36% dari triwulan IV. Bahkan, jika dikomparasi periode sama 2008, penurunan mencapai 20%.
Anwar mengatakan penurunan ekspor dibarengi impor yang merosot 41,8% menjadi US$22,1 juta. Komoditas terbanyak kapal laut dan bangunan terapung, gula dan kembang gula, perangkat optik, dan berbagai makanan olahan.