Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Jumat, Agustus 07, 2009

Green Energy garap bio etanol

GOWA, Sulsel: PT EN3 Green Energy, perusahaan­ penanaman modal asing­ asal Korea Selatan, berencana membangun pabrik bio etanol (bahan bakar nabati) di Sulsel pada 2010 dengan perkiraan nilai investasi US$50 juta.

EN3 Green Energy sejak September 2008 memulai aktivitas produksi chip ubi kayu di Takalar dan pada Mei 2009 di Gowa. Seluruh chip ubi kayu disuplai ke pabrik produsen bahan bakar nabati (BBN) di luar negeri­.Selain untuk produsen BBN, produknya juga dipasok ke sektor industri seperti pangan, pakan­ ternak, glukosa/sirup, pulp/kertas, tepung tapioka, tekstil, dan farmasi.Ke depan, EN3 Green Energy­ berminat memiliki pabrik yang memproduksi sendiri BBN. Dalam rencana investasi tersebut,­ perusahaan ini akan bekerja sama dengan Pemerintah­ Provinsi Sulsel.

Saat ini, pabriknya di Desa Nirannuang, Kecamatan Bontomarannu, Gowa memiliki kapasitas produksi chip ubi kayu sekitar 25.000 ton per tahun dengan luas lahan 3,9 hektare. Sementara itu, di Desa Cikoang, Kecamatan Mangarabombang, Takalar, produksinya sebesar 75.000 ton per tahun dan luas lahan 3,6 ha.Presiden Direktur PT EN3 Park Chang Ho mengatakan pembangunan pabrik BBN akan menyerap­ tenaga kerja cukup­ banyak sebab tiap pabrik mempekerjakan sedikitnya 250 karyawan,­ belum termasuk pekerja kebun dan pedagang pengumpul.­


“Dua pabrik ini menyerap tenaga kerja sebanyak 500 orang. Ini tentu membantu pemerintah setempat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat,” katanya­ usai peresmian aktivitas pabrik chip ubi kayu di Gowa, kemarin.Menurut Park, BBN adalah energi­ alternatif yang diperkirakan makin banyak digunakan di masa mendatang sebab sumber daya nabati akan mengurangi polusi dan dampak negatif bagi lingkungan.

Deputi Bidang Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Ahmad Kurniawan mengatakan peng­adaan pabrik BBN tersebut diharapkan mendorong investor lain melakukan hal serupa.Di samping itu, pengembangan­ industri dipastikan membuka lapangan kerja baru. Dijelaskan, chip ubi kayu sebagai bahan baku sebagian berasal dari lahan sendiri dan selebihnya membeli dari produksi rakyat. “Tentu daya beli masyarakat­ pada tingkat menengah ke bawah akan meningkat,” katanya­.

Potensi lahan
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatakan dukungan­ atas pembangunan pabrik itu bentuk keseriusan pemprov mengantisipasi krisis energi.­ Di Sulsel, katanya, potensi lahan umbi-umbian mencapai ratusan ribu ha yang tersebar di beberapa kabupaten/kota. Khusus Kabupaten Gowa, lahan tersedia sekitar 226.000 ha dan Takalar 20.000 ha.Syahrul mengatakan salah satu kendala pengembangan pabrik BBN adalah menjaga harga bahan baku tetap stabil agar petani dan masyarakat menikmati pendapatan yang laik.

Dia menyebutkan saat ini harga­ ubi kayu di daerah itu sekitar Rp320 per kg. Produktivitas lahan per ha mencapai 16 ton. Pada kesempatan itu, Gubernur menginstruksikan pejabat dinas terkait memperhatikan persoalan kestabilan harga.
Dia membandingkan dengan­ harga komoditi pertanian lain seperti jagung dan beras yang saat ini cukup baik. Harga jagung­ mencapai Rp2.400 per kg di tingkat petani.


Dia berharap peningkatan­ produksi komoditi unggulan dapat membantu mengurangi­ pengangguran. Selain itu, menekan kemiskinan yang hingga Juli 2009 tercatat 9,8%.“Ke depan, kita harus memikirkan bersama bagaimana supaya petani ubi dan masyarakat lebih sejahtera,” pungkasnya.­