Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Kamis, Agustus 06, 2009

Manado berpacu menuju wisata dunia

Manado:Bermimpi menjadi­ kota pariwisata dunia 2010. Kota ini dan seluruh­ Provinsi Sulawes­i Utara percaya diri karena menyimpan­ banyak potensi­ wisata yang unik dan sukar ditemukan duanya di muka bumi.

Dalam rangka mewujudkan mimpi, digelarlah beragam kegiatan internasional termasuk Sail Bunaken yang pelaksanaannya tinggal sepekan mendatang.Laut Bunaken yang sejak lama merupakan primadona Sulut menawarkan keindahan alam bawah laut.Terdapat 20 titik penyelaman di Taman Nasional Bunaken, 12 di antaranya di Pulau Bunaken dan menjadi incaran eksplorasi para wisatawan.

Beragam jenis ikan dengan warna-warni menakjubkan, karang hidup, moluska, dan tumbuhan laut lainnya.Taman ini bersisian dengan pulau lain yang juga destinasi wisata favorit. Di utara terdapat Pulau Bunaken, Manado Tua, Montehage, Siladen, Nain, dan sebagian wilayah pesisir Tanjung Pisok. Bagian selatan meliputi separuh pesisir Tanjung Kelapa.

Selain membiru dengan destinasi wisata maritim, Sulut memiliki pegunungan, danau, dan perbukitan.Kepala Dinas Pariwisata Sulut Boyke Rompas mengatakan provinsi itu memiliki ratusan tempat wisata. Dengan koleksi tempat wisata yang menjamur inilah Manado ingin menjadi tersohor di mata dunia internasional layaknya Bali.“Kita ingin menjadi kota wisata seperti Bali atau Jogja, tapi kita bukan the second Bali,” tegas Rompas.

Dia menuturkan Bali dikenal dunia dengan wisata budaya, tetapi Manado ingin diingat sebagai destinasi wisata maritim.Ketika perhatian internasi-onal­ sudah tertuju ke Sulut lewat­ pariwisata, roda perputaran ekonomi diharapkan semakin baik.“Dengan demikian masyarakat akan mendapatkan multiplier effect,” kata Rompas.

Kendala
Sayangnya, mimpi kota wisata terganggu oleh masih minimnya infrastruktur baik menuju maupun di lokasi wisata. Tentu akan menjadi ironi bila jargon kota wisata dunia sudah digembar-gemborkan, tetapi infrastruktur belum memadai sehingga mengurangi kenyamanan pengunjung.Pemerintah, kata Rompas, menyadari strategi memacu pariwisata Sulut harus juga dengan menggencarkan promosi kesiapan infrastruktur.

“Gencar melakukan promosi ke luar, infrastruktur harus terus dibenahi dari dalam,” ujarnya menjelaskan strategi pemerintah.Kondisi ideal itu terasa masih jauh. Tengok saja Bunaken. Pengembang yang memiliki kawasan pantai telah menjatah 16% lahan untuk pemerintah dengan harapan dibangun dermaga dan disediakan taksi air guna memudahkan akses.Di lahan itu, masyarakat pun bisa menjajakan berbagai kerajinan khas Sulut.

Namun, menurut peng­amatan Bisnis baru-baru ini, sampai sekarang kondisi terminal di Kali Jengki masih memprihatinkan. Tempat-tempat yang menjadi tujuan wisata hanya ditulis di atas kertas dan ditempel begitu saja di papan tripleks. Turis berduit dan pejabat bisa naik perahu dari kawasan belakang pusat perbelanjaan Boulevard. Namun, bagi yang berkocek tipis, jalan ke perahu lewat bebatuan dan tangga darurat di Kali Jengki terpaksa dilakoni.

Pengamat Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Manado Vecky Rumate mengatakan visi Manado kota wisata dunia agak sulit diwujudkan dalam waktu dekat. Meski demikian, dia menekankan hal itu tidak mustahil bila semua pihak berusaha.“Kalau Manado ingin menjadi kota wisata seperti Singapura itu sulit, tapi saya kira bukan hal mustahil. Dengan punya Bunaken saja sudah hebat, karena tidak ada taman laut seperti Bunaken di dunia ini,” tutur Rumate.

Mengenai infrastruktur, katanya, bisa menjadi bumerang jika pemerintah tidak siap. Dia memperkirakan kebutuhan anggaran infrastruktur tidak sampai triliunan rupiah sebesar pembangunan infrastruktur di Singapura.Sebagai contoh, pengadaan WC di tempat wisata seperti Tangkoko, misalnya, tentu tidak mahal. Tangkoko merupakan hutan lindung yang dihuni beragam spesies burung dan hewan langka.

Dia mengingatkan pentingnya konsolidasi pemerintah Sulut dengan kabupaten/kota dalam mengoptimalkan potensi destinasi wisata. Selain itu, tak kalah penting­ memperbaiki infrastruktur yang masih kurang di sana-sini. Lebih cepat lebih baik. Bukan begitu?