Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Senin, Mei 25, 2009

Kegiatan usaha di Sulteng turun

PALU: Bank Indonesia (BI) Palu dalam surveinya menyebutkan kegiatan dunia usaha di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) pada triwulan I 2009 mengalami percepatan kontraksi, ditandai dengan menurunnya nilai saldo bersih tertimbang (SBT) hingga -13,17%.

Krisis keuangan global ternyata secara tidak langsung menjadi penyebab utama memburuknya kondisi dunia usaha di daerah itu, selain adanya kekhawatiran para pelaku bisnis terhadap pelaksanaan pemilu pada tahun ini.

Menurut hasil survey Kantor Bank Indonesia Palu dari enam sektor dunia usaha di Sulteng yang dipantau pada triwulan I 2009, empat di antaranya mengalami kontraksi, yaitu sektor pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan dengan nilai SBT -6,20%, dan sektor bangunan dengan nilai SBT -3,57%.

Berikutnya, sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan SBT -1,77 persen, serta sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai SBT -3,07%. “Turunnya permintaan dalam negeri, kurang baiknya sarana pendukung seperti pengairan, tingginya gangguan alam (cuaca), semakin mahalnya harga bahan baku, serta semakin ketatnya tingkat persaingan dengan perusahaan sejenis merupakan beberapa penyebab menurunnya perkembangan dunia usaha tersebut”, tulis laporan itu.

Sementara sektor yang mengalami ekspansi pada periode triwulan I 2009 di Provinsi Sulteng yaitu sektor industri keuangan dengan nilai SBT 1,25%, diikuti sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai SBT 0,15%.

Penurunan kegiatan dunia usaha pada triwulan I/2009 itu jauh lebih buruk dibanding kondisi periode yang sama tahun sebelumnya yang memiliki nilai SBT hanya -3,28%. Namun demikian, laporan BI Palu tersebut menyatakan sebagian besar responden dari semua sektor yang dijadikan sampel survei memiliki sikap optimis terhadap perkembangan dunia usaha di daerahnya ketika memasuki triwulan II mendatang.

Bahkan mereka memperkirakan kegiatan usahanya akan mengalami percepatan ekspansi dengan nilai SBT hingga 12,00 %. Sikap optimisme kalangan dunia usaha itu, antara lain didasarkan adanya gejala naiknya permintaan di dalam negeri menyusul munculnya harapan bahwa krisis keuangan global segera berlalu dan situasi pasar kembali membaik hingga akhir tahun 2009.