MAKASSAR: Pengembangan investasi jalan tol tahun 2009 diperkirakan bakal stagnasi, jika pemerintah tidak melindungi calon investor dari kenaikan harga tanah yang akan dibebaskan.
“Bosowa Corporation sebagai salah satu investor jalan tol nasional masih pikir-pikir lagi untuk menanamkan investasi di sektor infrastruktur khususnya jalan tol baru jika pemerintah tidak menekan naiknya harga tanah,” kata CEO Bosowa Erwin Aksa, kemarin.
Menurut Erwin, pihaknya baru-baru ini membatalkan rencana investasi jalan tol di sebuah daerah di Jawa karena pemerintah yang menawarkan proyek ini tidak menekan naiknya pembebasan tanah.
Awalnya, kata Erwin, pemerintah menjamin biaya pembebasan tanah untuk proyek tersebut berkisar Rp300 miliar, namun setelah ingin dilaksanakan ternyata di lapangan naik menjadi Rp600 miliar.Setelah pihak investor mengajukan soal ini, pemerintah justru tidak bisa membantu. “Kami diminta untuk menanggung risiko kenaikan harga tanah itu. Ini tidak mungkin,” papar Erwin.
Erwin yang juga Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu mengatakan proyek jalan tol nasional yang bisa diselesaikan tahun 2009 hanya yang sudah dalam tahap kontruksi dan dilaksanakan sejak 2009. Sedangkan yang baru dalam tahap penjajakan investasi diperkirakan akan mandek. Padahal, katanya, pemerintah ingin mengelontorkan dana menghadapi krisis global dengan proyek infrastruktur.
Bosowa Corporation pada akhir tahun lalu telah mengoperasikan Jalan Tol Seksi Empat (JTSE) sepanjang 11, 57 km di Kota Makassar. Poros ini menghubungkan Jalan Tol Seksi Satu dan Seksi Dua sepanjang 6 km, yang telah lebih dahulu beroperasi sejak 1999. Pengelolaan jalan tol ini dilaksanakan oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk, sebuah perusahaan publik yang mayoritas sahamnya dimiliki Bosowa.
Poros tol Seksi IV Makassar ini merupakan portofolio jalan tol ketiga yang dimiliki oleh Nusantara, setelah Tol Reformasi dan Tol BSD di Kota Tangerang, sehingga jalan tol yang dimiliki perseroan menjadi 24,77 km.
“Bosowa Corporation sebagai salah satu investor jalan tol nasional masih pikir-pikir lagi untuk menanamkan investasi di sektor infrastruktur khususnya jalan tol baru jika pemerintah tidak menekan naiknya harga tanah,” kata CEO Bosowa Erwin Aksa, kemarin.
Menurut Erwin, pihaknya baru-baru ini membatalkan rencana investasi jalan tol di sebuah daerah di Jawa karena pemerintah yang menawarkan proyek ini tidak menekan naiknya pembebasan tanah.
Awalnya, kata Erwin, pemerintah menjamin biaya pembebasan tanah untuk proyek tersebut berkisar Rp300 miliar, namun setelah ingin dilaksanakan ternyata di lapangan naik menjadi Rp600 miliar.Setelah pihak investor mengajukan soal ini, pemerintah justru tidak bisa membantu. “Kami diminta untuk menanggung risiko kenaikan harga tanah itu. Ini tidak mungkin,” papar Erwin.
Erwin yang juga Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu mengatakan proyek jalan tol nasional yang bisa diselesaikan tahun 2009 hanya yang sudah dalam tahap kontruksi dan dilaksanakan sejak 2009. Sedangkan yang baru dalam tahap penjajakan investasi diperkirakan akan mandek. Padahal, katanya, pemerintah ingin mengelontorkan dana menghadapi krisis global dengan proyek infrastruktur.
Bosowa Corporation pada akhir tahun lalu telah mengoperasikan Jalan Tol Seksi Empat (JTSE) sepanjang 11, 57 km di Kota Makassar. Poros ini menghubungkan Jalan Tol Seksi Satu dan Seksi Dua sepanjang 6 km, yang telah lebih dahulu beroperasi sejak 1999. Pengelolaan jalan tol ini dilaksanakan oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk, sebuah perusahaan publik yang mayoritas sahamnya dimiliki Bosowa.
Poros tol Seksi IV Makassar ini merupakan portofolio jalan tol ketiga yang dimiliki oleh Nusantara, setelah Tol Reformasi dan Tol BSD di Kota Tangerang, sehingga jalan tol yang dimiliki perseroan menjadi 24,77 km.