Laporan Antara
TIMIKA: PT Freeport Indonesia, perusahaan tambang tembaga dan emas yang beroperasi di Kabupaten Mimika, Papua, terus berupaya melakukan pengendalian biaya termasuk mengurangi jumlah karyawan dalam menyikapi krisis eko-nomi global.
Juru bicara Freeport Mindo Pangaribuan mengatakan upaya pengendalian biaya itu termasuk menghentikan rekrutmen karyawan untuk posisi non-esensial dan program efisiensi yang mencakup pengurangan 75 posisi di kantor Jakarta.
“Perusahaan masih tetap mempunyai prospek positif mengingat keterbatasan pasokan tembaga di pasar dunia dan kebutuhan dunia akan tembaga. Namun, kami harus merespons situasi krisis dan ketidakpastian (ekonomi) jangka pendek ini secara cepat,” katanya, kemarin.
Dia menambahkan perusahaan mulai menerapkan upaya pengendalian biaya di semua area usaha. Upaya pengendalian biaya ini tidak akan mempengaruhi target produksi Freeport.
Berkaitan dengan pengurangan karyawan, Pangaribuan mengatakan program tersebut mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya di bidang ketenagakerjaan. Dalam masalah ini, Freeport mengaku telah berkoordinasi dengan pemerintah.
Berdasarkan kebijakan Freeport, perusahaan kontraktor di lingkungan perusahaan itu juga menerapkan program efisiensi yang berdampak pada keputusan melakukan PHK sejumlah karyawan. Namun langkah itu tidak memberikan dampak terhadap produksi Freeport.
Menurut informasi di Timika, sejumlah perusahaan kontraktor Freeport sejak akhir Desember 2008 mulai melakukan PHK. Perusahaan tersebut di antaranya PT Pangansari Mitra Industri Ternak (PMIT), PT Pontil Indonesia, PT Sandvic, serta Freeport sendiri.