Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Selasa, Januari 13, 2009

Pencarian korban terkendala cuaca

MAKASSAR: Pencarian korban KM Teratai Prima yang tenggelam di perairan Majene dan Polewali Sulawesi Barat, Sabtu, hingga kini terkendala angin kencang dan ombak. Ombak setinggi tiga ingga empat meter sejak menghadang tim SAR gabungan. Kapal Angkatan Laut (KAL) Samalona yang me-ninggal­kan Pelabuhan Parepare menuju lokasi sejak pagi hari, kembali ka­­­rena dihadang ombak yang ting­­gi. Kapal dengan 18 awak itu dihantam ombak perairan Polwali.

Hal yang sama ditemui tim SAR yang berada di perairan Ma­­jene. Komandan Searc and Rescue Unit (SRU) SAR Gabungan Andi Iksan mengatakan, walaupun cuaca cerah, namun angin yang sangat kencang memaksa mereka menuda proses pencari­an korban. “Rencananya Selasa pagi [hari ini] kami menyisir perairan Ma­jene dari Malunda ke Batu Roro di mana kapal diduga tengge­lam. Kami akan menurunkan dua perahu karet,” ujar Iksan. Hingga Senin sore dilaporkan su­dah 23 korban selamat ditemukan. Sebanyak 18 orang ditemukan nelayan Minggu siang, sisanya ditemukan kemarin.

mengerahkan kekuatan mencari sedikitnya 250 orang penum-pang KM Teratai Prima yang belum ditemukan. “Untuk membantu pencarian penumpang KM Teratai, ditempuh dengan ti­­ga cara yakni jalur darat, laut dan udara,” jelas Asintel Lantamal­ VI Kolonel Laut Jaka Santoso di Makassar, kemarin. Untuk pencarian melalui jalur darat, ungkapnya, sebanyak 40 orang personil TNI AL diturun-kan bergabung bersama 20 personil tim SAR gabungan yang dilengkapi dengan dua buah pe­­rahu karet.

Dari jalur laut, diberangkatkan­ KRI Slamet Riyadi, KRI Untung Suropati, KRI Kakap, KRI Hasan Basri, ditambah dua buah kapal Polair Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) serta tiga kapal lainnya­ dari Mabes Polri. KRI Hasan Bas­­ri dan KRI Kakap diberangkat­kan dari Lanal Balikpapan menu­ju lokasi musibah. Sedangkan sebanyak 6 awak Tim SAR dari personel TNI Angkatan Laut menggunakan pe­­sawat pengintai Nomad dari Skuadron Udara 800 Wing Komando Armada Timur (Koarmatim) yang berangkat dari Bandara Sepinggan, Balikpapan, pada Pukul 12.00 Wita, kemarin.Pencarian ini dipimpin oleh Ma­yor (Pnb) Dani dari kesatuan Koar­matim. Dani memperkira­kan perjalanan Tim SAR mema­kan waktu dua jam menuju perair­an Selat Makassar, tepatnya di Baturoro, sekitar dua mil dari Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

Manifes berbeda
Untuk mengantisipasi kesimpangsiuran data penumpang KM Teratai Prima Kosong, Admi­nistrator Pelabuhan (Adpel) Pa­repare Nurwahidah memeriksa manifest penumpang. Menurut­ Nurwahidah, berdasarkan mani­fes KM Teratai memuat 250 orang penumpang ditambah 16 orang Anak Buah Kapal (ABK) dan seorang nakhoda yang bernama Djabir.

“Total penumpang KM Teratai yang bertolak dari Pelabuhan Parepare, Sabtu (10/1) menuju Ba­­likpapan, Kaltim sebanyak 267 orang,” kata Wahidah. Kapal KM Teratai Prima dengan bobot 747 GT (grosston), be­­rangkat dari Parepare menuju Samarinda pukul 17.00 wita. Selain memuat penumpang, kapal itu juga muat kargo sekitar 200 ton. Sementara manifes KM Teratai­ yang dipegang Lantamal VI me­­nurut Asintel Lantamal VI, Kol Laut Jaka Santoso sebanyak 250 orang penumpang, dengan penumpang tambahan 50 orang termasuk 17 ABK dan seorang nakhoda bernama Djabir.

Sedangkan data manifes yang dikirimkan oleh PT Nur Abadi di Parepare ke Posko Satgas Operasi Kemanusian KPPP Samarinda, menyebutkan jumlah penumpang KM Teratai Prima Kosong sebanyak 250 ditambah 17 ABK. Namun, dalam manifes itu tidak tercatat para penumpang yang berusia 10 tahun ke bawah yang diduga mencapai puluhan orang.
Kendati terdapat perbedaan data, namun pihak Adpel Parepare yakin data yang dipegangnya lebih valid karena kapal bertolak dari Parepare dengan kelengkapan administrasi.

Dari Samarinda dilaporkan, Kapolda Kaltim Inspektur Jenderal Andi Masmiyat menegaskan, pemilik KM Teratai Prima Kosong yang tenggelam di perairan Batu Roro, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), Minggu dinihari Muhammadong telah dimintai keterangan. “Sejak Minggu malam pemilik Kapal KM Teratai Prima telah dimintai keterangan di Poltabes Samarinda,” ungkap Andi Masmiyat, saat mengunjungi Posko Satgas Operasi Kemanusiaan di Kantor KPPP (Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan) Samarinda, kemarin.

Data Posko Satgas Operasi Kemanusiaan KPPP Samarinda hingga Senin siang mencatat sebanyak 41 warga melaporkan 103 keluarga mereka sebagai penumpang KM Teratai Prima Kosong yang naas tersebut. Divisi Layanan Jasa Raharja Parepare Muhammad Avidz mengatakan akan memberikan santunan sebesar Rp25 juta kepada korban tewas dalam musibah tenggelamnya KM Teratai Prima. Sedangkan korban luka mendapatkan biaya perawatan Rp10 juta.