



MAKASSAR: Meskipun dunia dikepung krisis ekonomi, kawasan timur Indonesia (KTI) diyakini dapat melewatinya dengan baik bahkan tetap mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding wilayah lain di Tanah Air pada 2009. Pasalnya, KTI mengandalkan komoditas pertanian dan sektor perdagangan yang diperkirakan tidak banyak menerima pengaruh negatif krisis. Optimisme tersebut menjadi salah satu poin yang mengemuka dalam Forum Dialog Ekonomi bertajuk ‘Ekonomi Global dan Pengaruh terhadap Kawasan Timur Indonesia.’
Seminar setengah hari di Makassar ini melibatkan pembicara Ketua Umum Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Erwin Aksa, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Ekonom Indef Aviliani, dan pengusaha perkebunan Murad Husain. Erwin Aksa mengatakan kalaupun ada krisis di KTI, krisis tersebut lebih kepada keterbatasan berbagai infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi, seperti listrik, jalan, dsb.
Namun, Erwin berharap pemerintah dan pelaku usaha di wilayah ini meningkatkan kewaspadaan dengan efisiensi. Dia juga menilai para pebisnis perlu terus mengupayakan best practices agar mampu bersaing ketika situasi membaik. “Saat permintaan komoditas seperti kakao menurun, sebenarnya itu peluang bagi kita untuk memperbaiki infrastruktur, meremajakan tanaman, dsb agar ketika krisis berlalu, kita siap maju,” paparnya.
Gubernur Syahrul berjanji pemda akan menjaga kestabilan harga bahan pokok dan terus berupaya menarik investasi sebagai cara untuk meningkatkan daya beli dan pendapatan masyarakat. Dia mengatakan Sulsel cukup berhasil melalui turbulensi ekonomi dalam kuartal terakhir 2008, saat krisis memuncak.
Menurutnya, tak ada alasan untuk pesimis menghadapi kondisi serupa tahun ini. Ekonom Indef Aviliani meminta pemerintah pusat tidak menyamaratakan kebijakan fiskal sebab tiap daerah mempunyai karakteristik tersendiri. Pengusaha Murad Husain mengajak kompat-riotnya agar bersikap optimis dan selalu menjaga nama baik. “Kita harus bisa menjaga nama baik karena itu yang terpenting.”
Seminar setengah hari di Makassar ini melibatkan pembicara Ketua Umum Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Erwin Aksa, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Ekonom Indef Aviliani, dan pengusaha perkebunan Murad Husain. Erwin Aksa mengatakan kalaupun ada krisis di KTI, krisis tersebut lebih kepada keterbatasan berbagai infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi, seperti listrik, jalan, dsb.
Namun, Erwin berharap pemerintah dan pelaku usaha di wilayah ini meningkatkan kewaspadaan dengan efisiensi. Dia juga menilai para pebisnis perlu terus mengupayakan best practices agar mampu bersaing ketika situasi membaik. “Saat permintaan komoditas seperti kakao menurun, sebenarnya itu peluang bagi kita untuk memperbaiki infrastruktur, meremajakan tanaman, dsb agar ketika krisis berlalu, kita siap maju,” paparnya.
Gubernur Syahrul berjanji pemda akan menjaga kestabilan harga bahan pokok dan terus berupaya menarik investasi sebagai cara untuk meningkatkan daya beli dan pendapatan masyarakat. Dia mengatakan Sulsel cukup berhasil melalui turbulensi ekonomi dalam kuartal terakhir 2008, saat krisis memuncak.
Menurutnya, tak ada alasan untuk pesimis menghadapi kondisi serupa tahun ini. Ekonom Indef Aviliani meminta pemerintah pusat tidak menyamaratakan kebijakan fiskal sebab tiap daerah mempunyai karakteristik tersendiri. Pengusaha Murad Husain mengajak kompat-riotnya agar bersikap optimis dan selalu menjaga nama baik. “Kita harus bisa menjaga nama baik karena itu yang terpenting.”