Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Selasa, Januari 13, 2009

Dana rehabilitasi kakao Sulsel Rp300 miliar

MAKASSAR: Pemerintah pusat­ me­­ngalokasikan dana sebesar Rp300 miliar untuk program rehabilitasi tanaman kakao pada tahun ang­­garan 2009 di Sulawesi Selatan , menyusul merosot­nya produksi kakao dalam tiga tahun terakhir. Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo mengatakan alokasi dana Rp300 miliar ini diperoleh dari anggaran pemerintah pusat untuk mendukung pengembangan sektor pertanian.

Dana ini masuk dalam daftar isian pengelolaan anggaran (DIPA) tahun 2009. Produksi kakao Sulsel, lanjut Syah­rul, pada dua tahun menda­­tang akan ditingkatkan dibandingkan produksi tahun 2008 yang hanya mampu berkisar 170 ribu ton.

“Dua tahun mendatang produksi kakao Sulsel akan lebih baik kalau program ini bisa dilaksanakan secara serempak di daerah-daerah produsen,” kata Gubernur Syahrul Yasin Limpo, belum lama ini. Syahrul mengatakan DIPA Sulsel di sektor pertanian khususnya untuk rehabilitasi tanaman kakao tidak mencapai target karena yang diajukan berkisar Rp900 miliar, namun yang disetujui hanya Rp300 miliar.

Program rehabilitasi tanaman kakao ini juga untuk memacu petani dalam mempertahankan posisi Sulsel sebagai daerah penghasil komoditas tersebut di tengah melemahnya permintaan pasar akibat krisis ekonomi. Berkaitan dengan ekspor, Syahrul optimis Sulsel tetap menjadi tempat transit yang produktif bagi kakao dari daerah produsen termasuk produksi Sulbar yang selama ini masuk dalam peta ekspor nasional.

Butuh 1 miliar bibit
Guna meningkatkan produktivitas kakao, Sulsel pada tahun 2009 ini membutuhkan satu miliar bibit baru berlabel bebas hama penyakit untuk sambung samping. “Kita butuh bibit sebanyak itu un­­tuk merehabilitasi 170 ribu hekta­­re tanaman kakao yang usianya di atas 10 tahun dan rusak karena se­­­rangan hama PBK pada 10 dari 24 kabupaten/kota di Sulsel,” kata Gu­­­bernur Sulsel.

Belum lama ini seusai membuka sosialisasi gerakan peningkatan pro­­duksi kakao Sulsel di hotel Sing­­ga­­sana, Syahrul mengatakan, ta­­­na­man kakao yang sudah tua tidak­ produktif lagi sehingga perlu segera diremajakan. “Diapakan juga produksinya te­­tap menurun sebab lebih banyak po­­hon kakao sudah tua dan rusak,” ujar­nya seraya menambahkan, sela­­ma ini produksi kakao Sulsel setiap hektarnya hanya 16 kuintal (1,6 ton) yang seharusnya dua ton per ha.­

Menurut Syahrul, dengan adanya peremajaan tanaman ini yang mencapai 170.000 ha dengan dukungan dana pemerintah pusat Sulsel akan kembali berjaya sebagai penghasil kakao terbesar di Indonesia.Kontribusi devisa yang dihasilkan kakao Sulsel, ungkapnya, merupakan yang kedua setelah pabrik nikel PT Inco Sorowako, Kabupaten Luwu Timur yang nilai ekspornya jauh lebih besar dari nilai ekspor kakao selama ini.

Gubernur Syahrul mengatakan, sebelum peremajaan tanaman kakao dilakukan tahun ini, petaninya sudah diajarkan cara menyambung samping melalui penyuluh lapangan yang tersebar pada 10 ka­­­bupaten penghasil kakao antara lain Luwu Raya yang meliputi Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan Palopo, Wajo, Bone, Pinrang, Sidrap, Soppeng.

Gubernur mengajak para bupati, mus­­pida, instansi terkait dan penyuluh lapangan yang daerahnya se­­bagai produsen kakao, pro aktif mem­bina petani meningkatkan produksi tanamannya demi pening­katan kesejahteraan.