Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Rabu, Juni 10, 2009

Optimalkan pelabuhan konvensional

MAKASSAR: Indonesian Ship Owners Association (INSA) meminta PT Pelabuhan Indonesia IV mengoptimalkan jam kerja pelayanan bongkar muat di pelabuhan konvensional Makassar.

Menurut INSA, rerata jam kerja di pelabuhan konvensional selama ini hanya sampai 12 jam sehari. INSA menilai seharusnya jam pelayanan bisa ditambah menjadi 22 jam sehari atau mendekati waktu kerja terminal peti kemas.

Penambahan jam kerja akan mempersingkat waktu bongkar muat dari biasanya 7 hari menjadi 3-4 hari. Ketua INSA Sulsel Nirwan Naim mengatakan penambahan jam kerja akan sangat berarti bagi pelaku usaha industri pelayaran karena menghemat waktu dan biaya.

“INSA akan bersinergi dengan semua mitra kerja dari pemerintah, Pelindo, dan penyedia tenaga kerja. Efisiensi ini untuk menekan biaya bongkar muat dan biaya labuh kapal,” kata Nirwan kepada Bisnis di Makassar, pekan lalu.

Nirwan mengatakan efisiensi jasa kepelabuhanan makin krusial di tengah ancaman dampak krisis global. Dia memberi contoh, selama ini untuk membongkar muatan kapal 3.000 ton dibutuhkan waktu 7–8 hari.

Namun, jika jam kerja ditambah, muatan 3.000 ton diharapkan bisa dibongkar antara 3-4 hari. Efisiensi jam kerja, menurut dia, tidak akan merugikan pelaku usaha terkait, bahkan justru membuka peluang kerja yang lebih besar di pelabuhan.

“Selama ini harga barang di masyarakat tinggi karena biaya yang dikeluarkan untuk operasional jasa kepelabuhanan dan angkutan laut juga tinggi. Efisiensi jam kerja akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah lewat belanja masyarakat,” ucap Ketua INSA Sulsel periode 2009-2013 ini.

Manajer Perencanaan dan Operasi Unit Terminal Petikemas Makassar (UTPM) Michael RH mengatakan jam kerja bongkar muat petikemas sudah 24 jam sehari. “Yang masih 12 jam memang pelabuhan konvensional,” tukasnya melalui sambungan telepon, kemarin.

Michael mengatakan jam kerja bongkar muat petikemas dibagi tiga giliran (shift) masing-masing delapan jam sehari.

Pelabuhan ekspor

Sebelumnya, secara terpisah, Direktur Utama PT Pelindo IV Alfred Natsir mengatakan pihaknya tengah mengupayakan agar Pelabuhan Makassar menjadi pusat kegiatan ekspor di kawasan timur Indonesia menyaingi peran Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Selama ini, kapal pengangkut barang ekspor memilih singgah dulu ke Surabaya sebelum berlayar ke luar negeri. Alfred menuturkan untuk mewujudkan keinginan ter-sebut, Pelabuhan Makassar harus memenuhi standar pelabuhan internasional.

Ada tiga syarat utama yang harus dipenuhi, yakni kualitas pelayanan, komoditas barang masuk dan keluar harus selalu tersedia, serta menjalin kerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan pelaku usaha ekspor serta pemerintah daerah.