Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Kamis, Juni 11, 2009

Sulsel siap penuhi kuota ekspor nasional

MAKASSAR: Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo menegaskan daerah itu siap mengekspor beras ke negara tetangga pada awal Agustus 2009 dengan jumlah hingga sebesar kuota ekspor yang ditetapkan pemerintah pusat. Seperti diketahui, lewat Peraturan Menteri Perdagangan No.13/2009 tertanggal 30 Maret 2009 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras, pemerintah telah mengizinkan ekspor beras kelas premium dengan kuota 100.000 ton.

Setelah semula hanya diberi batas waktu sampai Juni, masa ekspor akhirnya diperpanjang hingga Agustus dan ada kemungkinan bisa diteruskan lagi sampai akhir tahun ini.

“Sudah ada SK kami pegang dari pemerintah pusat yang mengizinkan ekspor beras Sulsel. Kami sudah siap sejak awal untuk melaksanakan ekspor,” kata Syahrul, kemarin.

Gubernur memaparkan produksi beras Sulsel hingga awal Juni telah mendekati 2,5 juta ton. Menurut dia, hal itu membuat ekspor perdana awal Agustus sangat mungkin direalisasikan.

“Ada dua opsi yang kami tawarkan, yakni bekerja sama dengan Bulog atau dengan pengusaha sebagai private service. Tapi sebaiknya kedua pihak dapat terlibat langsung dalam rencana ekspor tersebut,” kata Gubernur.

Berdasarkan catatan Bisnis, begitu Permendag 13/2009 terbit, Departemen Perdagangan mengantongi 19 calon eksportir beras aromatik. Namun, sejauh ini baru lima perusahaan yang telah menerima surat persetujuan ekspor (SPE).

Lima perusahaan itu termasuk PT Alam Makmur Sembada yang tercatat sebagai eksportir beras premium pertama dan hingga Juni ini baru mengekspor sebanyak 676 ton.

Minimnya minat itu diduga disebabkan menciutnya potensi margin keuntungan seiring pelemahan nilai tukar US$ dan penurunan harga beras internasional. Ceruk pasar beras premium di pasar internasional semakin susut, menyisakan segmen beras aromatik dan organik. Hanya ekspor beras aromatik yang peluangnya masih cukup besar dan dapat memberi insentif bagi petani agar lebih giat menanam.

Pada Mei lalu, harga beras aromatik sekitar US$650-US$750 per ton, sedangkan beras medium berada di bawah US$500 per ton. Perum Bulog sendiri telah menunda rencana mengekspor dari pengadaan beras nasional. Padahal, Bulog telah mendapatkan rekomendasi ekspor beras premium 10.000 ton dari Depdag, tetapi belum mengajukan permohonan ke Depdag.

Direktur Utama Bulog Mustafa Abubakar pernah mengatakan tidak akan tergesa-gesa melakukan pengapalan agar tidak mempengaruhi harga. Bulog, katanya, bakal lebih fokus pada stabilitas beras dalam negeri. (Bisnis, 15 Mei 2009)

Pemerintah belum mengizinkan ekspor beras kelas medium termasuk ke Malaysia karena mengutamakan kebutuhan dalam negeri. Konsumsi beras dalam negeri saat ini mencapai 2,7 juta ton per bulan. Sejak 2008, Indonesia telah mengekspor beras khusus jenis ketan hitam ke beberapa negara.

Departemen Pertanian mengasumsikan ekspor beras 20% dari surplus tahun ini, sehingga potensi ekspor masih bisa dikerek sampai kisaran 269.000 ton.

Surplus 2,5 juta

Kepala Humas Bulog Divre VII Umar Said mengatakan kondisi di lapangan menunjukkan surplus beras Sulsel tahun ini bisa saja mencapai 2,5 juta ton alias melebihi target pemerintah 2 juta ton.

Dia mengaku belum mengetahui persis kebijakan Perum Bulog mengenai keterlibatan dalam ekspor beras. Namun, katanya, Bulog Sulsel lebih siap mengekspor jika yang diekspor beras medium dengan kisaran 10.000–20.000 ton.

Dia menambahkan walaupun tidak langsung mengekspor, Bulog tetap memantau perkembangan kegiatan ekspor yang dilakukan pihak swasta.

“Prinsipnya izin ekspor sudah ada, hanya kalau jadi kami hanya akan mengekspor beras premium yang berlebih, bukan dari penyerapan,” tukasnya. Bulog Sulsel, kata dia, tahun ini mengincar prognosa beras 650.000 ton. Hingga pekan pertama Juni, pengadaan beras dari daerah itu mencapai 230.000 ton.