Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Kamis, Juni 11, 2009

Penurunan ekspor Sulut capai 59%

MANADO:Penurunan nilai ekspor Sulawesi Utara tahun ini hingga April 2009 yang mencapai 59% sangat memprihatinkan. Pasalnya, komoditas unggulan ekspor daerah ini umumnya terkait dengan produksi petani.

Dalam kaitan itu, DPRD Sulut berharap pemerintah daerah segera mengevaluasi kinerja ekspor yang terus menurun agar tidak berdampak terlalu buruk bagi pertumbuhan ekonomi provinsi itu.

“Sesuai data diterima DPRD Sulut, ada penurunan kinerja ekspor hingga 59% yang harus menjadi perhatian serius semua pihak,” kata Anggota DPRD Edison Masengi di Manado, kemarin.

Dia mengatakan diperlukan upaya peningkatan mutu barang ekspor, baik komoditas kelapa dan turunannya maupun perikanan yang masih menjadi primadona dari daerah itu.

Kemudian perlu dilakukan promosi dan kerja sama dengan negara tujuan, serta mencari negara baru yang dianggap pasar potensial. “Penurunan ekspor Sulut memang tidak lepas dari krisis ekonomi global melanda dunia, termasuk di Sulut,” kata personil Fraksi Partai Golkar itu.

Peneliti Ekonomi Madya Bank Indonesia (BI) Manado SJ Mandagie mengatakan kinerja ekspor hingga April 2009 menurun 59%, sedangkan volume anjlok 41%.

“Dampak krisis ekonomi global yang menyebabkan melemahnya permintaan dunia ikut berpengaruh terhadap kinerja ekspor Sulut, khususnya untuk komoditas pertanian dan perikanan,” katanya. Dia mengatakan tahun ini China menduduki rangking pertama negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$24,82 juta, disusul Amerika Serikat, Belanda, Korea Selatan, dan Jepang.

Berdasarkan jenis komoditas utama, ekspor luar negeri dari Januari hingga April 2009 ke China, AS, Belanda, dan Korea Selatan a.l. kelompok bahan makanan berupa minyak nabati dan hewani, yakni kopra, ikan, serta minyak kelapa (virgin coconut oil/VCO).

Dominasi ekspor

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Gemmy Kawatu mengatakan komoditas kelapa dan turunannya masih mendominasi ekspor Sulut ke sejumlah negara pada 2008.

“Selama tahun 2008, kegiatan ekspor Sulut didominasi 14 komoditas produk turunan kelapa sebesar 57,84%,” kata Gemmy, belum lama ini. Produk turunan kelapa, katanya, diikuti produk sawit sebesar 30,79%, perikanan 8,24%, dan selebihnya produk hasil perkebunan lainnya sebesar 3,49%.

Belanda merupakan tujuan ekspor terbesar Sulut tahun 2008, ditandai dengan nilai sekitar US$210,6 juta. Hingga akhir Desember 2008, jumlah volume ekspor sejumlah komoditas unggulan Sulut ke Belanda sebanyak 172.113 ton.

“Karena komoditas kelapa dominan pada kegiatan ekspor, pihak pemerintah daerah terus mengharapkan adanya kegiatan peremajaan kelapa,” katanya. Produk turunan kelapa sempat mengalami persoalan akibat serangan hama sexava dan busuk pucuk yang menyerang tanaman itu. Kondisi ini berdampak pada ketersediaan bahan baku.