Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Selasa, Juni 09, 2009

Pengembang tak antusias BI rate turun

MAKASSAR: Sejumlah pelaku usaha properti dan perumahan mengaku tak lagi antusias menyambut pemangkasan suku bunga acuan BI rate menjadi 7% pekan lalu akibat lambatnya eksekusi di tingkat bunga komersial.

Dalam rapat dewan gubernur 3 Juni lalu, Bank Indonesia kembali menurunkan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 7%. Langkah ini diambil setelah menyimak tren penurunan inflasi yang ditopang penguatan rupiah.

Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Sulsel Haris Hody mengatakan para pengembang menyesalkan bank yang menahan-nahan bunga kredit, padahal BI rate secara bertahap terus dikoreksi.

Dia menyebut sikap itu berandil cukup besar terhadap masih lesunya bisnis properti. Dari sisi konsumen, lanjutnya, banyak yang menunggu bunga kredit lebih rendah lagi sebelum membeli rumah.

“Kita serba salah. Mau ekspansi, bunga kredit tinggi dan agak susah menambah plafon. Konsumen juga menahan diri,” kata Haris, kemarin. Pelaku usaha, imbuhnya, berharap perbankan memperhatikan kondisi ini. Dia mengatakan bunga tinggi sebenarnya juga bakal merugikan bank jika hal itu menyebabkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) meningkat.

Secara nasional, NPL sektor properti untuk semua jenis penggunaan pada triwulan I 2009 naik dibanding akhir tahun lalu. NPL kredit modal kerja properti melambung dari Rp291 miliar menjadi Rp342 miliar. NPL investasi properti melesat dari Rp251 miliar menjadi Rp552 miliar.

NPL kredit konsumsi KPR dan apartemen sampai dengan tipe 70 menanjak dari Rp1,44 triliun menjadi Rp1,76 triliun. Kredit konsumsi KPR dan apartemen di atas tipe 70 juga mencatat kenaikan NPL dari Rp1,09 triliun menjadi Rp1,31 triliun.

Pinjaman rukan/ruko melonjak dari Rp161 miliar menjadi Rp204 miliar. Direktur Utama PT Nusasembada Bangunindo Idris Manggabarani mengatakan lambannya respons penurunan bunga komersial membuat pemangkasan BI rate kurang bermakna. “Ini ditambah daya beli masyarakat agak turun mengikuti pelemahan harga komoditas pertanian,” kata Idris.