Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Senin, April 06, 2009

Bulog Sultra khawatir tak penuhi prognosa

KENDARI: Perum Bulog Sulawesi Tenggara (Sultra) mengaku khawatir tidak mampu memenuhi prognosa penyerapan beras 2009 sebesar 50.000 ton. Kepala Divisi Regional Bulog Sultra, Tommy S. Sikado menyebutkan, harga beras di pasaran cukup tinggi dibanding harga pembelian pemerintah (HPP).

Karena itu Bulog akan berupaya mendatangi la-ng­­­sung ke sejumlah sentra produksi beras sebelum pengusaha melakukan pembelian. “Harga beras di pasaran sekarang ini lumayan tinggi dibanding HPP, karena itu kita harus jemput bola supaya tidak keduluan pengusaha,” kata Tommya di Kendari, belum lama ini.

Lebih lanjut Tommy menyebutkan, dari 50.000 ton prognosa beras tahun ini, 47.000 ton diantara­nya digunakan untuk memenuhi penyaluran beras­ miskin, sisanya untuk stok cadangan. Sementara itu, Ketua Badan Pembina Hipmi Sultra Amran Yunus justru mengkritik kinerja Bulog. Menurutnya, Bulog tidak memaksimalkan fungsi­nya sebagai stabilisator harga beras di daerah ini, sehingga harga di pasar­an lebih tinggi dibanding HPP.

Ia juga menilai, HPP terlalu rendah sehingga ke-sejahteraan petani sulit meningkat. “HPP itu tidak wajar, terlalu rendah. Kapan petani akan sejahtera? Jadi Bulog harus naikkan harga dulu kalau mau bersaing dengan pengusaha,” jelasnya. Amran mengungkapkan, sebagai salah satu daerah yang dinyatakan surplus beras hingga 32.000 ton per tahun, harga beras di Sultra terbilang tinggi, yakni berkisat Rp6.000 – Rp7.000 per kilogram.

Selain itu, beras produksi lokal masih sulit ditemui di pasar. Pasar di Sultra justru didominasi beras asal Sulawesi Selatan. “Saya juga ragu dengan data Sultra yang surplus beras. Kok di pasar yang banyak justru beras dari Sulsel. Di mana beras produksi sultra, harusnya Bulog mencari tahu soal itu.” tegasnya. Ia menambahkan, tata niaga beras di Sultra belum berjalan baik karena regulasi yang mengatur hal tersebut belum berjalan hingga saat ini.