Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Rabu, Desember 31, 2008

Pertumbuhan ekonomi Sulsel masih dibayangi angka kemiskinan

Laporan Arfandi

“Like slavery and apartheid, poverty is not natural. It is man made and it can overcome and eradicated by the action of human beings” (Nelson Mandela). Prestasi ekonomi Sulsel di akhir tahun 2008 menjadi sebuah kejutan sekaligus paradoks. Mengejutkan, sebab ternyata Sulsel berpeluang mencatatkan pertumbuhan ekonomi 7%-8% meski harus berduel dengan krisis keuangan global . Pertumbuhan 7%-8% pun menjadi sejarah baru bagi Sulsel di era milenium, sebab merupakan titik tertinggi growth sejak 2000 silam. Rentang tujuh tahun berturut-turut tersebut, perekonomian Sulsel mengalami masa-masa yang tidak stabil. Kadang mencapai titik manis, tapi tak jarang pula terpuruk disebabkan trend ekonomi makro dan mikro mencicipi nasib getir sepanjang tahun. Di 2001, Sulsel behasil merengkuh titik pertumbuhan 5,23%. Sebenarnya sebuah awal yang elok memasuki era milenium, untuk mendorong optimisme pasar dan meredam spekulasi rumor ekonomi tidak sehat di masa tersebut.

Sayangnya momentum tersebut sesaat semata. Prestasi tersebut gagal dipertahankan di tahun kedua abad 21. Pada tahun 2002, Sulsel hanya mencatat pertumbuhan 4,08%, atau anjlok 1,15% dari capaian tahun 2001. Selanjutnya rapor ekonomi Sulsel naik turun dalam lima tahun berikutnya. Tahun 2003 pertumbuhan ekonomi Sulsel lebih baik 1.16% dari tahun sebelumnya atau berada di posisi 5,24%, kemudian statistik tersebut menipis 5,14% di tahun 2004, selanjutnya merambat positif 6,18% di tahun 2005. Tahun 2006 Sulsel berhasil mencatat 6,71%, namun sayang terjun lagi di titik 6,34% di tahun 2007. Gelagat statistik menunjukkan ekonomi Sulsel berpeluang menutup tahun 2008, dengan perolehan pertumbuhan ekonomi 7% plus minus 1%.

Bahkan Kepala Kantor Bank Indonesia (KBI) Makassar Rizaal A Djaafara berani sesumbar economic growth Sulsel bisa menembus 8%. Tak berlebihan optimisme tersebut, sebab per posisi Oktober ekonomi Sulsel sudah mencicipi pertumbuhan 7%- 7,5%. Dan dua bulan berikutnya, lembaga pemerintah begitupun korporasi bakal jor-joran menguras kantong kas untuk merealisasikan target program yang dicanangkan di awal tahun. Peneliti Madya BI Nugroho Santoso memproyeksikan ekonomi Sulsel bisa bertumbuh 7,72%. For me, it’s a good job. Unfortunately, its statistic only! Yah, statistik kadang melahirkan syawasangka- syawasangka yang naluriah, Terlebih bila ada kepingang-kepingan anomali fakta berceceran di balik angkaangka yang dipublikasikan tersebut. Pertanyaan jadul (jaman dulu/ klasik) nan sederhana namun substantif tentang potret ekonomi Sulsel tersebut, apakah growth tersebut semata menggambarkan realitas ekonomi elitis atau telah toleran dengan nafas transaksi kaum puritan alias masyarakat marginal lokal.

Pertanyaan tersebut laik diajukan sebab bila laju positif pertumbuhan ekonomi tersebut kembali cuek dan alpa terhadap harapan masyarakat tentang dunia yang lebih sejahtera dan berkualitas, maka growth economic tersebut hanya menjadi senjata makan tuan bagi pemerintah provinsi especially untuk Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dan Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’man. Gambaran pertumbuhan ekonomi Sulsel dalam tujuh tahun terakhir tak terkecuali tahun 2008, pun masih menunjukkan kecenderungan ketidakadilan yang kasat mata.