Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Senin, Desember 01, 2008

Apindo janji PHK opsi terakhir

Laporan Kwan Men Yon

MAKASSAR: Kalangan pengusaha di Sulsel berjanji pemecatan karyawan (PHK) adalah jalan terakhir yang akan ditempuh apabila kondisi dunia usaha tahun depan benar-benar sulit.

Dalam kaitan itu, para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia, Kadin, Hipmi, dan lainnya Senin (1 Desember) siang ini akan berkumpul untuk menyikapi kenaikan upah minimum provinsi (UMP) Sulsel 2009.

Ketua Apindo Sulsel Latunreng mengatakan situasi dunia usaha di daerah itu sejauh ini belum sangat terpukul oleh perlambatan ekonomi nasional maupun global, sebagaimana yang tampaknya mulai dirasakan para pengusaha di Jawa.

Itu sebabnya, kata dia, opsi PHK seperti yang terjadi di Jawa belum mengemuka di Sulsel meskipun tidak tertutup kemungkinan.

“Pengusaha itu bodoh kalau memecat pekerja di saat tidak sangat mendesak. Pertama karena tidak gampang mencari pekerja yang berkualitas dan kedua itu pasti mengganggu proses produksi,” kata Latunreng kepada Bisnis, pekan lalu.

Latunreng menuturkan ‘ancaman’ yang dilontarkan pengusaha bahwa PHK akan terjadi apabila UMP dinaikkan terlalu tinggi hanya merupakan bentuk kekesalan kepada pemerintah yang dianggap kurang peka terhadap kesulitan dunia usaha.

“Tetapi itu juga bukan ancaman kosong karena kami ini para pengusaha yang mengetahui situasi di lapangan. Kami ingin bisnis tetap survive meskipun daya beli masyarakat diperkirakan menurun tahun depan,” bebernya.

Sebelumnya, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo pekan lalu meminta pengusaha sedapat mungkin menghindari PHK. Gubernur mengatakan pemerintah memahami situasi dunia usaha saat ini namun jangan sampai pekerja menjadi korban.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja di Sulsel pada Februari 2008 mencapai 3,27 juta orang atau meningkat 72.000 dibanding Februari 2007. Jumlah penduduk bekerja tercatat 2,93 juta orang.

Sekitar 2,21 juta orang bekerja di sektor informal. Separuh atau 1,5 juta penduduk mencari nafkah di sektor pertanian, sedangkan selebihnya menyebar di sektor industri, konstruksi, perdagangan, angkutan/komunikasi, jasa, dan lainnya.