MAKASSAR: Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada 2008 mencapai 7,78% atau tertinggi setidaknya dalam empat tahun terakhir sejak 2005.
Kepala BPS Sulsel Bambang Suprijanto mengatakan pertumbuhan tersebut diikuti naiknya produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita menjadi Rp10,90 juta dibanding tahun sebelumnya Rp8,99 juta.
Dia menuturkan semua sektor usaha mengalami perkembangan positif kecuali pertambangan yang berkontraksi -2,94% seiring terjungkalnya harga nikel. Tiga sektor dengan pertumbuhan tahunan terbesar, yakni kons-truksi 19,89%, angkutan dan komunikasi 12,54%, dan listrik, gas, dan air bersih 12,50%.
Sedangkan pertanian yang tumbuh 6,09%-- lebih tinggi dibanding 2007 3,12%--menjadi sektor penyumbang pertumbuhan terbesar dengan 24%. Kontribusi pertanian disusul sektor perdagangan, hotel, dan restoran 21,6%, serta industri pengolahan hampir 16%.
“Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,66%, konsumsi pemerintah 10,95%, pembentukan modal tetap bruto (investasi) 20,66%, sementara net ekspor hanya 0,12%,” papar Bambang kepada pers, kemarin. BPS mencatat distribusi PDRB penggunaan pada 2008 didominasi konsumsi pemerintah 55%, konsumsi pemerintah 15%, investasi 19%, serta ekspor barang dan jasa (sebelum dikurangi impor) 44%.
Bambang mengatakan secara umum perekonomian Sulsel belum terlalu kena dampak krisis ekonomi global. Penurunan PDRB berturut-turut selama empat kuartal terakhir, katanya, lebih disebabkan penyesuaian menyusul pertumbuhan sangat tinggi selama 2007 hingga semester I 2008. Ekonomi daerah itu mengalami kontraksi pada triwulan IV 2008 sebesar 1,47% terhadap triwulan sebelumnya. Kontraksi cukup besar terjadi di sektor pertanian, pertambangan, dan perdagangan masing-masing 5,41%, 3,74%, dan 1,81%.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sulsel H. Pallawa menilai penurunan pada triwulan IV memang biasa terjadi alias merupakan siklus tahunan. Dia meyakini pada triwulan I 2009 perekonomian bakal kembali tumbuh memasuki masa musim panen. "Pertumbuhan di sektor pertanian akan berdampak mengangkat sektor lainnya."
Kepala BPS Sulsel Bambang Suprijanto mengatakan pertumbuhan tersebut diikuti naiknya produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita menjadi Rp10,90 juta dibanding tahun sebelumnya Rp8,99 juta.
Dia menuturkan semua sektor usaha mengalami perkembangan positif kecuali pertambangan yang berkontraksi -2,94% seiring terjungkalnya harga nikel. Tiga sektor dengan pertumbuhan tahunan terbesar, yakni kons-truksi 19,89%, angkutan dan komunikasi 12,54%, dan listrik, gas, dan air bersih 12,50%.
Sedangkan pertanian yang tumbuh 6,09%-- lebih tinggi dibanding 2007 3,12%--menjadi sektor penyumbang pertumbuhan terbesar dengan 24%. Kontribusi pertanian disusul sektor perdagangan, hotel, dan restoran 21,6%, serta industri pengolahan hampir 16%.
“Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,66%, konsumsi pemerintah 10,95%, pembentukan modal tetap bruto (investasi) 20,66%, sementara net ekspor hanya 0,12%,” papar Bambang kepada pers, kemarin. BPS mencatat distribusi PDRB penggunaan pada 2008 didominasi konsumsi pemerintah 55%, konsumsi pemerintah 15%, investasi 19%, serta ekspor barang dan jasa (sebelum dikurangi impor) 44%.
Bambang mengatakan secara umum perekonomian Sulsel belum terlalu kena dampak krisis ekonomi global. Penurunan PDRB berturut-turut selama empat kuartal terakhir, katanya, lebih disebabkan penyesuaian menyusul pertumbuhan sangat tinggi selama 2007 hingga semester I 2008. Ekonomi daerah itu mengalami kontraksi pada triwulan IV 2008 sebesar 1,47% terhadap triwulan sebelumnya. Kontraksi cukup besar terjadi di sektor pertanian, pertambangan, dan perdagangan masing-masing 5,41%, 3,74%, dan 1,81%.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sulsel H. Pallawa menilai penurunan pada triwulan IV memang biasa terjadi alias merupakan siklus tahunan. Dia meyakini pada triwulan I 2009 perekonomian bakal kembali tumbuh memasuki masa musim panen. "Pertumbuhan di sektor pertanian akan berdampak mengangkat sektor lainnya."