Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Kamis, Februari 26, 2009

UNIDO bantu usaha mikro US$2,1 juta

AMBON: United Nations Indus-trial Development Organization (UNIDO), badan pemberdayaan ekonomi industri di bawah PBB, dalam tiga tahun ke depan mendanai program pemberdayaan masyarakat khusus usaha mikro di Maluku sebesar US$2,1 juta. Proyek bantuan ini akan dilaksanakan pada Maret 2009 hingga tahun 2012, sebagai kelanjutan dari proyek pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan Unido pasca konflik di Ambon Juli 2005.

National Project Coordinator Unido Abdul Syukur Sialana mengatakan proyek dilaksanakan di 20 desa, meliputi 200 kelompok serta 20.000 orang penerima. Penda-naan proyek 100% dari Pemerintah Jepang. Dia menjelaskan sebelumnya sejak Juli 2005 hingga Oktober 2007, Unido telah memberi bantuan kepada 450 orang atau sekitar 37 kelompok usaha mikro di Maluku dengan bantuan pendanaan dari Kerajaan Belanda.

Bahkan selama kurun 2008, Unido membantu 202 orang di 13 lokasi sebagai penerima manfaat langsung dengan total bantuan US$200.000. “Outputnya ingin membangun industri kecil berbasis masyarakat, sehingga bisa meningkatkan kemandirian dan taraf kesejahteraan mereka,” kata Sialana di Ambon, kemarin.

Proyek ini, kata dia, dilaksanakan dengan konsep one village one product, dengan mengembangkan komoditas unggulan dari suatu wilayah agar berbasis industri kecil yang memiliki nilai jual bersaing. Dia menambahkan komoditas unggulan di tiap wilayah memiliki potensi yang bisa dikelola untuk bahan baku industri. Hanya saja, teknologi dan motivasi masyarakat yang perlu didorong dan dibentuk untuk itu.

Sejauh ini, ujarnya, melalui Unido, sejumlah komoditas unggulan telah dikembangkan mutu produksinya, a.l. jus pala di Desa Morela, ikan asar di Tehoru, serta kecap kelapa dan sagu kering di Desa Ety, A-lang Asaude, Tihulale, dan Mosso. “Bahkan untuk ikan asar yang telah kita kemas dengan plastik valum diminati hingga ke Belanda. Hanya saja, konsumen di sana belum bisa menikmatinya secara kontinyu karena ikan asar belum melalui pasar ekspor,” ujarnya.

Sedangkan jus pala dari Desa Morela, jelas Sialana, saat ini tinggal menunggu nomor produksi industri rumah tangga dari Dinas Kesehatan untuk secara resmi me-rambah pasar lebih luas. Menurutnya, jus pala sangat diminati oleh konsumen berdasarkan hasil uji coba pemasaran produk itu, yang dilakukan di beberapa swalayan dan mini market di Kota Ambon. “Dalam bulan Desember saja permintaannya hingga 5.000 botol, padahal produksinya terbatas dan belum begitu dikenal,” ungkapnya.