MAKASSAR: Pertumbuhan kredit perbankan di kawasan timur Indonesia pada 2008 yang melampaui torehan nasio-nal maupun kawasan barat diperkirakan dapat terjadi lagi tahun ini. Di samping prospek dunia usaha di kawasan barat yang dinilai bakal lebih suram sehingga menurunkan penyaluran kredit, kondisi ekonomi di KTI diyakini lebih cerah sehingga memancing minat perbankan.
Ekonom dan praktisi perbank-an Universitas Hasanuddin Marsuki mengatakan bukan mustahil selisih pertumbuhan kredit malah melebar pada 2009. Tahun lalu, kredit di KTI tercatat tumbuh 30,96%, lebih tinggi nol koma sekian dari pertumbuhan nasional 30,84% serta kawasan barat 30,82%. Posisi kredit di KTI terma-suk penerusan per Desember 2008 tercatat Rp136,89 triliun. Setahun sebelumnya, jumlah pinjaman baru sebesar Rp104,52 triliun. “Sektor dominan di KTI itu perdagangan, pertanian, dan perikanan yang tidak terlalu kena imbas krisis sehingga permintaan kreditnya akan stabil,” ujar Marsuki, kemarin.
Dengan demikian, menurutnya, besar kecilnya pengucuran kredit di KTI banyak bergantung pada seberapa cepat perbankan melepas pinjaman. Dia meyakini tak ada pelemahan berarti dari sisi permintaan kredit. Marsuki mengatakan desakan kepada bank-bank milik peme-rintah daerah untuk menopang kegiatan sektor riil juga akan menjadi nilai plus.
“Sekarang BPD tidak bisa lagi hanya menjadi kas pemda atau fokus ke (pinjaman) konsumsi. Mereka harus ikut membangun daerah, karena kalau tidak siapa lagi,” tutur Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia itu. Branch Manager Bank Panin Tbk Makassar Onny Gappa menegaskan apabila permintaan kredit tetap kuat, perbankan akan melayani. Bank Panin Makassar mengelola kantor cabang lain di KTI.
“Tetapi kenyataannya demand melemah. Mungkin harus dikomunikasikan lebih banyak supaya pasar bergairah lagi,” katanya. Bagi Onny, persoalan penyaluran kredit di tengah krisis sekarang bukan di perbankan, namun pada permintaan yang agak melesu.
“Beberapa daerah LDR-nya sudah tinggi sekali, seperti Sulsel yang sampai 115%. Jadi fokus juga perlu ke funding,” demikian Onny.
Meski pertumbuhannya paling tinggi, pangsa kredit KTI terhadap total seluruh pinjaman perbankan di Indonesia yang menyentuh Rp1.313 triliun belum banyak berubah, yakni dari 10,41% pada 2007 menjadi 10,42% di 2008. Urutan penerima kredit terbesar di antara 14 provinsi pada akhir tahun lalu juga tidak bergeser dibanding keadaan pada 2007.
Namun, empat dari lima provinsi dengan outstanding terkecil mampu masuk lima teratas pertumbuhan.Sulsel mempertahankan posisi yang direbutnya dari Kaltim sejak 2007 sebagai peraup kredit terbesar dengan Rp31,73 triliun atau tumbuh 23%.
Ekonom dan praktisi perbank-an Universitas Hasanuddin Marsuki mengatakan bukan mustahil selisih pertumbuhan kredit malah melebar pada 2009. Tahun lalu, kredit di KTI tercatat tumbuh 30,96%, lebih tinggi nol koma sekian dari pertumbuhan nasional 30,84% serta kawasan barat 30,82%. Posisi kredit di KTI terma-suk penerusan per Desember 2008 tercatat Rp136,89 triliun. Setahun sebelumnya, jumlah pinjaman baru sebesar Rp104,52 triliun. “Sektor dominan di KTI itu perdagangan, pertanian, dan perikanan yang tidak terlalu kena imbas krisis sehingga permintaan kreditnya akan stabil,” ujar Marsuki, kemarin.
Dengan demikian, menurutnya, besar kecilnya pengucuran kredit di KTI banyak bergantung pada seberapa cepat perbankan melepas pinjaman. Dia meyakini tak ada pelemahan berarti dari sisi permintaan kredit. Marsuki mengatakan desakan kepada bank-bank milik peme-rintah daerah untuk menopang kegiatan sektor riil juga akan menjadi nilai plus.
“Sekarang BPD tidak bisa lagi hanya menjadi kas pemda atau fokus ke (pinjaman) konsumsi. Mereka harus ikut membangun daerah, karena kalau tidak siapa lagi,” tutur Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia itu. Branch Manager Bank Panin Tbk Makassar Onny Gappa menegaskan apabila permintaan kredit tetap kuat, perbankan akan melayani. Bank Panin Makassar mengelola kantor cabang lain di KTI.
“Tetapi kenyataannya demand melemah. Mungkin harus dikomunikasikan lebih banyak supaya pasar bergairah lagi,” katanya. Bagi Onny, persoalan penyaluran kredit di tengah krisis sekarang bukan di perbankan, namun pada permintaan yang agak melesu.
“Beberapa daerah LDR-nya sudah tinggi sekali, seperti Sulsel yang sampai 115%. Jadi fokus juga perlu ke funding,” demikian Onny.
Meski pertumbuhannya paling tinggi, pangsa kredit KTI terhadap total seluruh pinjaman perbankan di Indonesia yang menyentuh Rp1.313 triliun belum banyak berubah, yakni dari 10,41% pada 2007 menjadi 10,42% di 2008. Urutan penerima kredit terbesar di antara 14 provinsi pada akhir tahun lalu juga tidak bergeser dibanding keadaan pada 2007.
Namun, empat dari lima provinsi dengan outstanding terkecil mampu masuk lima teratas pertumbuhan.Sulsel mempertahankan posisi yang direbutnya dari Kaltim sejak 2007 sebagai peraup kredit terbesar dengan Rp31,73 triliun atau tumbuh 23%.