MAKASSAR: PT Pertamina UPms VII Makassar menjamin stok dan harga minyak tanah di Sulawesi Selatan, khususnya Makassar tetap aman setelah pelaksanaan konversi minyak tanah ke elpiji, mulai kemarin.
General Manager Pemasaran BBM Retail Pertamina VII, Suhermanto mengatakan konversi minyak tanah di Sulsel pada 16 Februari tidak akan berdampak pada kelangkaan minyak tanah di pasaran.
“Meski pelaksanaan konversi minyak tanah ke elpiji telah dimulai hari ini [kemarin], namun kami tetap menyalurkan minyak tanah ke pangkalan sesuai kuota, sampai masyarakat benar-benar siap menerima program pemerintah ini,” kata Suherimanto di Makassar, kemarin. Menurutnya, penarikan minyak tanah nantinya akan dilakukan setelah dua atau tiga bulan pelaksanaan konversi berjalan, sehingga tidak menimbulkan kontroversi di masyarakat yang berimbas pada kenaikan harga dan kekurangan stok.
“Proses penarikannya akan dilakukan secara bertahap dengan besaran 2% hingga 25% minyak tanah. Selain itu, Pertamina juga akan merangkul semua agen di minyak tanah Sulsel,” tambah Suherimanto. Para agen kata dia, telah menyatakan kesediaan mengalihkan usaha ke elpiji. Menurutnya, keterlibatan agen bukan untuk penjualan umum, tapi berfungsi sebagai unit refill (isi ulang).
Tidak hanya menggandeng agen minyak tanah di Sulsel, Pertamina juga memeroleh dukungan dari pemerintah setempat, LSM dan konsultan yang bertugas melakukan pencacahan jumlah masyarakat pengguna minyak tanah.
Sebelumnya, Manajer Gas Domestik Pertamina Wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, Zulfikar mengatakan konversi khusus di Makassar pada tahap pertama meliputi tujuh kecamatan sebanyak 104.889 KK. Program yang memicu kontroversi di berbagai daerah tersebut telah dilaunching kemarin di Kelurahan Panampu, Tallo, Makassar dengan total penerima sekitar 100 KK.
Menurut Zulfikar, pemilihan Kelurahan Panampu karena penduduk daerah tersebut sebagai peguna minyak tanah terbesar di Makassar hingga mencapai 80%. “Pendistribusian satu set kompor dan elpiji ukuran 3 kg dengan harga Rp12.750 per tabung di Kelurahan Panampu sewaktu-waktu dapat bertambah setelah proses pencacahan yang dilakukan konsultan rampung,” tambah Suherimanto.
Setelah Makassar, Pertamina membagikan tabung elpiji untuk 14 kabupaten/kota yakni Maros, Gowa, Pangkep, Takalar, Barru, dan Jeneponto, Parepare, Bantaeng, Sidrap, Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, dan Wajo.
Konversi bagi 9 kabupaten/kota lainnya di Sulsel yakni Pinrang, Enrekang, Tana Toraja, Palopo, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Selayar dilakukan 2010 mendatang. Zulfikar menjelaskan, jika konversi elpiji di Sulsel berjalan mulus, penghematan subsidi BBM diperkirakan mencapai Rp231 miliar per tahun dengan asumsi harga keekonomian minyak tanah sekitar Rp5.000 per liter.
Secara terpisah, Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Andi Muallim ketika pelaksanaan konversi meminta Pertamina lebih serius, sehingga tidak terjadi insiden apa pun seperti di beberapa daerah lainnya.
Sekprov meminta agar minyak tanah tidak ditarik dulu dari agen maupun pangkalan, sampai masyarakat sepenuhnya menerima dan program ini bisa berjalan lancar sesuai dengan rencana pemerintah.
General Manager Pemasaran BBM Retail Pertamina VII, Suhermanto mengatakan konversi minyak tanah di Sulsel pada 16 Februari tidak akan berdampak pada kelangkaan minyak tanah di pasaran.
“Meski pelaksanaan konversi minyak tanah ke elpiji telah dimulai hari ini [kemarin], namun kami tetap menyalurkan minyak tanah ke pangkalan sesuai kuota, sampai masyarakat benar-benar siap menerima program pemerintah ini,” kata Suherimanto di Makassar, kemarin. Menurutnya, penarikan minyak tanah nantinya akan dilakukan setelah dua atau tiga bulan pelaksanaan konversi berjalan, sehingga tidak menimbulkan kontroversi di masyarakat yang berimbas pada kenaikan harga dan kekurangan stok.
“Proses penarikannya akan dilakukan secara bertahap dengan besaran 2% hingga 25% minyak tanah. Selain itu, Pertamina juga akan merangkul semua agen di minyak tanah Sulsel,” tambah Suherimanto. Para agen kata dia, telah menyatakan kesediaan mengalihkan usaha ke elpiji. Menurutnya, keterlibatan agen bukan untuk penjualan umum, tapi berfungsi sebagai unit refill (isi ulang).
Tidak hanya menggandeng agen minyak tanah di Sulsel, Pertamina juga memeroleh dukungan dari pemerintah setempat, LSM dan konsultan yang bertugas melakukan pencacahan jumlah masyarakat pengguna minyak tanah.
Sebelumnya, Manajer Gas Domestik Pertamina Wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, Zulfikar mengatakan konversi khusus di Makassar pada tahap pertama meliputi tujuh kecamatan sebanyak 104.889 KK. Program yang memicu kontroversi di berbagai daerah tersebut telah dilaunching kemarin di Kelurahan Panampu, Tallo, Makassar dengan total penerima sekitar 100 KK.
Menurut Zulfikar, pemilihan Kelurahan Panampu karena penduduk daerah tersebut sebagai peguna minyak tanah terbesar di Makassar hingga mencapai 80%. “Pendistribusian satu set kompor dan elpiji ukuran 3 kg dengan harga Rp12.750 per tabung di Kelurahan Panampu sewaktu-waktu dapat bertambah setelah proses pencacahan yang dilakukan konsultan rampung,” tambah Suherimanto.
Setelah Makassar, Pertamina membagikan tabung elpiji untuk 14 kabupaten/kota yakni Maros, Gowa, Pangkep, Takalar, Barru, dan Jeneponto, Parepare, Bantaeng, Sidrap, Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, dan Wajo.
Konversi bagi 9 kabupaten/kota lainnya di Sulsel yakni Pinrang, Enrekang, Tana Toraja, Palopo, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Selayar dilakukan 2010 mendatang. Zulfikar menjelaskan, jika konversi elpiji di Sulsel berjalan mulus, penghematan subsidi BBM diperkirakan mencapai Rp231 miliar per tahun dengan asumsi harga keekonomian minyak tanah sekitar Rp5.000 per liter.
Secara terpisah, Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Andi Muallim ketika pelaksanaan konversi meminta Pertamina lebih serius, sehingga tidak terjadi insiden apa pun seperti di beberapa daerah lainnya.
Sekprov meminta agar minyak tanah tidak ditarik dulu dari agen maupun pangkalan, sampai masyarakat sepenuhnya menerima dan program ini bisa berjalan lancar sesuai dengan rencana pemerintah.