KENDARI: Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Sultra Addi Setiadi mengatakan pola tanam petani di Sultra akan bergeser menyusul perubahan musim hujan.
Menurut Addi, perubahan itu kelanjutan dari gangguan di pusat tekanan rendah di utara Papua. Dijelaskan, angin dari Samudera Pasifik yang membawa uap air terhalang di daerah tekanan rendah sehingga yang bertiup melintasi Sultra hanya mengandung sedikit uap air. Dalam kondisi ini, hujan lokal yang terjadi hanya berlangsung singkat dengan intensitas rendah. Ini juga meningkatkan suhu udara hingga 33-35 derajat Celcius.
Karena itu, musim hujan yang seharusnya sudah mulai sejak akhir Desember belum juga tampak meski saat ini sudah memasuki pekan ketiga Februari. Dalam kondisi normal, musim hujan di Sultra berlangsung hingga April.
”Karena kondisi ini, air dalam tanah menjadi berkurang dan akan mengganggu pertumbuhan dan pembuahan tanaman,” jelas Kepala BMG Sultra, kemarin.
Menurut Addi, perubahan itu kelanjutan dari gangguan di pusat tekanan rendah di utara Papua. Dijelaskan, angin dari Samudera Pasifik yang membawa uap air terhalang di daerah tekanan rendah sehingga yang bertiup melintasi Sultra hanya mengandung sedikit uap air. Dalam kondisi ini, hujan lokal yang terjadi hanya berlangsung singkat dengan intensitas rendah. Ini juga meningkatkan suhu udara hingga 33-35 derajat Celcius.
Karena itu, musim hujan yang seharusnya sudah mulai sejak akhir Desember belum juga tampak meski saat ini sudah memasuki pekan ketiga Februari. Dalam kondisi normal, musim hujan di Sultra berlangsung hingga April.
”Karena kondisi ini, air dalam tanah menjadi berkurang dan akan mengganggu pertumbuhan dan pembuahan tanaman,” jelas Kepala BMG Sultra, kemarin.