AMBON: Krisis listrik yang melanda Kota Ambon, Maluku, dalam beberapa bulan belakangan ini diakibatkan usia mesin pembangkit listrik sudah tua sementara mesin lainnya sedang rusak. General Manager PT PLN (Persero) Wilayah IX Maluku dan Maluku Utara Bagus Setiawan menuturkan krisis listrik di Ambon masih akan berlangsung hingga bulan April. Penyebabnya karena mesin pembangkit listrik sudah tua dan adanya kerusakan mesin di PLTD Poka.
Layanan listrik bagi pelanggan PLN di Kota Ambon selama ini dipasok melalui PLTD Poka dan PLTD Hative Kecil. Dengan kerusakan mesin Poka, kondisi mesin pembangkit yang rata-rata buatan tahun 1997–1998 semakin sulit beroperasi maksimal.
Menurut Setiawan, dalam kondisi normal, daya mampu listrik di Ambon mencapai 10 MW dan tidak boleh kurang dari 8 MW, karena harus ada cadangan 2 MW untuk berjaga-jaga. Namun, cadangan 2 MW tidak bisa disediakan karena terjadi kebakaran satu unit mesin pembangkit PLTD Poka sejak 5 Januari 2009.
Akibatnya, antara daya pembangkit listrik dengan kebutuhan pelanggan tidak seimbang. ”Problemnya, karena kemampuan mesin pembangkit dengan kebutuhan pelanggan listrik tidak seimbang,” kata Setiawan. Apalagi, jelasnya, suku cadang untuk jenis mesin pembangkit listrik yang rusak di PLTD Poka itu sudah tidak diproduksi lagi.
Mesin yang rusak di PLTD Poka, kata Setiawan, hanya tersisa sembilan unit di dunia. Yakni tiga di Vietnam, tiga di Balikpapan, dan tiga di PLTD Poka. ”Ketika rusak mau cari ke mana? Terpaksa mesin di Balikpapan kami ambil salah satu spare part-nya, yakni turbo charger untuk mengganti kerusakan mesin di PLTD Poka,” ujarnya. Dari pantauan Bisnis di beberapa kawasan pemukiman di Kota Ambon, intensitas waktu pemadaman listrik saban hari tidak menentu.
Warga di kawasan Waihaong, mengaku dalam satu minggu yang lalu pemadaman mencapai 12 jam per hari. Dalam sehari bisa terjadi tiga kali pemadaman.”Satu minggu lalu waktu pemadaman bisa mencapai 12 jam. Namun, sekarang sudah mulai berkurang,” kata Risal Polanunu, pemilik Warnet Gorilla Net yang cukup ramai pengunjung.Menurut dia, meskipun kadang waktu pemadaman mulai diperpendek, namun tetap saja belum menggembirakan pelaku usaha warnet seperti dirinya.
Pasalnya, kata Risal, usaha warnet sangat tergantung pada pasokan listrik. Aisyah Tuasikal di kawasan BTN Manusela, Ambon, mengatakan jadwal pemadaman listrik tidak menentu. Kadang di siang hari saat aktivitas tugas rumah tangga seperti menanak nasi atau menyeterika pakaian sedang padat, listrik tiba-tiba padam. Data yang diperoleh dari BPS Ambon menunjukkan jumlah pelanggan listrik di kota itu mencapai 141.537 sambungan. Jumlah tersebut mencakup pelanggan dari semua segmen, termasuk kategori pelanggan sosial, rumah tangga, bisnis, pemerintah, industri, dan multiguna.
Layanan listrik bagi pelanggan PLN di Kota Ambon selama ini dipasok melalui PLTD Poka dan PLTD Hative Kecil. Dengan kerusakan mesin Poka, kondisi mesin pembangkit yang rata-rata buatan tahun 1997–1998 semakin sulit beroperasi maksimal.
Menurut Setiawan, dalam kondisi normal, daya mampu listrik di Ambon mencapai 10 MW dan tidak boleh kurang dari 8 MW, karena harus ada cadangan 2 MW untuk berjaga-jaga. Namun, cadangan 2 MW tidak bisa disediakan karena terjadi kebakaran satu unit mesin pembangkit PLTD Poka sejak 5 Januari 2009.
Akibatnya, antara daya pembangkit listrik dengan kebutuhan pelanggan tidak seimbang. ”Problemnya, karena kemampuan mesin pembangkit dengan kebutuhan pelanggan listrik tidak seimbang,” kata Setiawan. Apalagi, jelasnya, suku cadang untuk jenis mesin pembangkit listrik yang rusak di PLTD Poka itu sudah tidak diproduksi lagi.
Mesin yang rusak di PLTD Poka, kata Setiawan, hanya tersisa sembilan unit di dunia. Yakni tiga di Vietnam, tiga di Balikpapan, dan tiga di PLTD Poka. ”Ketika rusak mau cari ke mana? Terpaksa mesin di Balikpapan kami ambil salah satu spare part-nya, yakni turbo charger untuk mengganti kerusakan mesin di PLTD Poka,” ujarnya. Dari pantauan Bisnis di beberapa kawasan pemukiman di Kota Ambon, intensitas waktu pemadaman listrik saban hari tidak menentu.
Warga di kawasan Waihaong, mengaku dalam satu minggu yang lalu pemadaman mencapai 12 jam per hari. Dalam sehari bisa terjadi tiga kali pemadaman.”Satu minggu lalu waktu pemadaman bisa mencapai 12 jam. Namun, sekarang sudah mulai berkurang,” kata Risal Polanunu, pemilik Warnet Gorilla Net yang cukup ramai pengunjung.Menurut dia, meskipun kadang waktu pemadaman mulai diperpendek, namun tetap saja belum menggembirakan pelaku usaha warnet seperti dirinya.
Pasalnya, kata Risal, usaha warnet sangat tergantung pada pasokan listrik. Aisyah Tuasikal di kawasan BTN Manusela, Ambon, mengatakan jadwal pemadaman listrik tidak menentu. Kadang di siang hari saat aktivitas tugas rumah tangga seperti menanak nasi atau menyeterika pakaian sedang padat, listrik tiba-tiba padam. Data yang diperoleh dari BPS Ambon menunjukkan jumlah pelanggan listrik di kota itu mencapai 141.537 sambungan. Jumlah tersebut mencakup pelanggan dari semua segmen, termasuk kategori pelanggan sosial, rumah tangga, bisnis, pemerintah, industri, dan multiguna.