MAKASSAR: Total dana pihak ketiga (DPK) perbankan di Sulawesi Selatan pada Desember 2008 meroket hingga Rp1,04 triliun. Angka ini adalah kenaikan bulanan tertinggi selama tahun lalu di tengah situasi ketatnya likuiditas di pasar.Sebagai gambaran, posisi DPK pada akhir 2008 sebesar Rp28,03 triliun atau naik Rp4,05 triliun (17%) dibanding tahun sebelumnya. Itu berarti, kenaikan DPK pada Desember Rp1,04 triliun setara dengan sekitar 25% laju tahunan. Berdasarkan jenis simpanan, posisi tabungan selama 2008 melonjak Rp2,16 triliun (17%) menjadi Rp14,77 triliun, deposito tumbuh Rp2,13 triliun (31%) ke Rp8,83 triliun, tetapi giro anjlok Rp240 miliar (-5%) menjadi Rp4,42 triliun. Bank asing dan campuran mengalami pertumbuhan DPK terbesar mencapai 175% menjadi Rp364 miliar. Bank swasta nasional membuntuti di tempat kedua setelah tumbuh 21% menyentuh Rp10,49 triliun, kemudian bank perkreditan rakyat naik 16% menjadi Rp114 miliar. Adapun bank BUMN ‘hanya’ meningkat 13% menjadi Rp17,06 triliun. Meski demikian, dari sisi nominal, kelompok bank pelat merah meraup lompatan DPK tertinggi sebesar Rp1,98 triliun. Penasehat Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) Sulsel Onny Gappa mengatakan perbankan merasakan kenaikan simpanan yang cukup tinggi menjelang akhir tahun lalu.
Namun, kata Onny, pihaknya agak sulit memerkirakan penyebabnya karena peningkatan DPK dapat dipicu oleh banyak hal. “Kami bisa merasakan kenaikannya tapi saya tidak tahu persis kenapa. Agak sulit menjelaskan secara menyeluruh,” katanya, kemarin. Kenaikan DPK dapat disulut oleh beberapa kondisi, a.l. melejitnya tingkat suku bunga khususnya deposito, aksi window dressing saat tutup buku bank, atau bahkan perlambatan ekonomi yang membuat dunia usaha mengendapkan dananya.
Seorang kepala cabang bank publik di Makassar mengakui akhir tahun lalu mencairkan plafon kredit cukup besar dalam rangka window dressing. Langkah itu, katanya, cukup lazim dilakukan jelang tutup buku tahun berjalan. Kredit yang dicairkan biasanya tidak dipakai oleh debitur namun dikembalikan ke sistem perbankan berupa tabungan atau deposito.
Kepala Cabang Bank BCA Tbk Makassar Hendrik Sia mengatakan bank melakukan window dressing untuk memoles kinerja. “Tetapi saya rasa itu bukan satu-satunya penyebab posisi DPK naik sangat tinggi pada Desember. Pasti ada sebab lain,” imbuhnya. Hendrik menilai relatif masih tingginya suku bunga menjadi penyebab lain kenaikan DPK. Di sisi lain, katanya, dunia usaha memang kerap menyimpan duit ke dalam tabungan atau deposito seusai hajatan besar seperti Natal dan Tahun Baru.
Dia juga menilai posisi giro menurun karena situasi ekonomi kurang kondusif. Pemilik dana akhirnya memilih menaruh dana di deposito yang periodenya makin sempit hingga hanya satu minggu."DPK biasanya akan turun lagi pada Januari dan Februari," pungkasnya.
Namun, kata Onny, pihaknya agak sulit memerkirakan penyebabnya karena peningkatan DPK dapat dipicu oleh banyak hal. “Kami bisa merasakan kenaikannya tapi saya tidak tahu persis kenapa. Agak sulit menjelaskan secara menyeluruh,” katanya, kemarin. Kenaikan DPK dapat disulut oleh beberapa kondisi, a.l. melejitnya tingkat suku bunga khususnya deposito, aksi window dressing saat tutup buku bank, atau bahkan perlambatan ekonomi yang membuat dunia usaha mengendapkan dananya.
Seorang kepala cabang bank publik di Makassar mengakui akhir tahun lalu mencairkan plafon kredit cukup besar dalam rangka window dressing. Langkah itu, katanya, cukup lazim dilakukan jelang tutup buku tahun berjalan. Kredit yang dicairkan biasanya tidak dipakai oleh debitur namun dikembalikan ke sistem perbankan berupa tabungan atau deposito.
Kepala Cabang Bank BCA Tbk Makassar Hendrik Sia mengatakan bank melakukan window dressing untuk memoles kinerja. “Tetapi saya rasa itu bukan satu-satunya penyebab posisi DPK naik sangat tinggi pada Desember. Pasti ada sebab lain,” imbuhnya. Hendrik menilai relatif masih tingginya suku bunga menjadi penyebab lain kenaikan DPK. Di sisi lain, katanya, dunia usaha memang kerap menyimpan duit ke dalam tabungan atau deposito seusai hajatan besar seperti Natal dan Tahun Baru.
Dia juga menilai posisi giro menurun karena situasi ekonomi kurang kondusif. Pemilik dana akhirnya memilih menaruh dana di deposito yang periodenya makin sempit hingga hanya satu minggu."DPK biasanya akan turun lagi pada Januari dan Februari," pungkasnya.