Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Selasa, Februari 24, 2009

Warga Makassar masih keluhkan konversi gas

MAKASSAR:Pelaksanaan konversi minyak tanah ke gas elpiji di Makassar sejak 16 Februari lalu mulai menuai protes. Masyarakat mengeluh karena kurang sosialisasi dari PT Pertamina wilayah VII Makassar. Ketua Serikat Rakyat Miskin Indonesia Sulawesi Selatan (Sulsel), Wahida Baharuddin mengatakan pemerintah dan pihak Pertamina seharusnya me-lakukan sosialisasi pelaksanaan konversi beberapa bulan atau setahun sebe-lumnya.

“Pemerintah harus memberikan pemahaman dulu ke masyarakat mengenai pengalihan minyak tanah ke gas elpiji ukuran 3 kilogram dan juga cara penggunaannya sehingga tidak menimbulkan ledakan seperti di beberapa daerah,” kata Wahida pada Bisnis, kemarin. Wahida menambahkan, selain minimnya sosialisasi program pemerintah ini juga mulai berimbas pada kelangkaan minyak tanah di sejumlah wilayah di Makassar.

“Kelangkaan minyak tanah kembali terjadi di Makassar. Padahal, se-belumnya pihak Pertamina telah menjamin tidak akan melakukan pengurangan pasokan sampai masyarakat siap menerima program konversi ini,” tambah Wahida.

Secara terpisah Pjs Eksternal Relation PT Pertamina Region VII Makassar, Rosdina Nurdin membantah kurangnya sosialisasi dalam pelaksanaan konversi minyak tanah. Menurutnya, pelaksanaan sosialisasi telah dilakukan optimal karena langsung kemasyarakat penerima paket kompor dan gas elpiji.

“Kami telah melakukan sosialisasi bekerja sama dengan pihak Pemkot Makassar sebulan sebelum pelaksanaan dengan melibatkan camat, lurah, dan masyarakat,” ungkap Rosdina. Sedangkan mengenai kelangkaan minyak tanah, Rosdina berjanji akan melakukan pengusutan karena Pertamina tidak serta merta menarik minyak tanah di pangkalan dan agen.

Sebelumnya, General Manager Pemasaran BBM Retail Pertamina VII, Suherimanto sudah memberi jaminan stok dan harga minyak tanah di Sulawesi Selatan, khususnya Makassar tetap aman sejak pelaksa-naan konversi.

Menurutnya, Pertamina akan tetap menyalurkan minyak tanah ke pangkalan sesuai kuota, sampai masyarakat benar-benar menerima program konversi.

“Penarikan minyak tanah akan dilakukan setelah dua atau tiga bulan pelaksanaan konversi berjalan, sehingga tidak menimbulkan kontroversi di masyarakat yang berimbas pada kekurangan stok,” jelas Suherimanto.