Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Jumat, Februari 06, 2009

Bandara Mutiara butuh Rp50 miliar

PALU: Pemerintah Kota Palu membutuhkan dana sekitar Rp50 miliar untuk membangun terminal penumpang baru Bandara Mutiara, Sulawesi Tengah, sebab kondisi saat ini dinilai sudah tidak laik lagi dan terkesan tidak modern.“Terus terang saja kondisi Ter­­minal Bandara Mutiara Palu sudah tidak laik lagi jika di­­­se­­­suaikan dengan perkemba­ngan. Bahkan boleh dibilang­ tinggal Bandara Mutiara Pa­­lu­­ yang belum disentuh di Su­­­­la­­we­­si,” kata Wali Kota Palu, Rusdy Mastura, di Palu, belum lama ini.

Menurut dia, terminal Ban­­da­­­ra Hasanuddin yang baru be­­gi­­­tu luar biasa dan modern, Sa­­­m Ratulangi Manado sudah lebih awal dibangun, demikian­ pula Kendari dan Gorontalo su­­­dah direnovasi dan diganti de­­­ngan membangun yang baru.“Sebagai Wali Kota, saya juga tidak ingin Bandara Mutiara Palu masih seperti sekarang. Kami sedang berupaya menca­ri terobosan mengembang­kan terminal penumpang, sebab sangat memungkinkan dan di­­­­dukung lahan cukup luas,” kata Rusdy.
Dia mengemukakan pihaknya sudah pernah menyiapkan rencana pengembangan Bandara Mutiara Palu dan gambarnya juga dibantu oleh seorang konsultan dari Bandung. Namun, papar Wali Kota, rencana itu terbentur dana dan otori­tasnya sebab pengembangan­ bandara adalah kewenangan pemerintah pusat, bukan pemerintah kota.
Rusdy mengatakan berdasar­kan­ perhitungan, dana yang di­­­bu­­­­tuhkan untuk pe­­­ngem­­­­­­­­­­­­­­­ba­­­ngan Bandara Mutiara diperkirakan mencapai Rp50 miliar. Total dana sebesar itu, menurut Rusdy, bisa ditopang de­­­ngan APBD Provinsi dan Kota.

Yang dibutuhkan, katanya, adalah te­­­ro­­bosan untuk menggolkan da­­­na tersebut di pusat, sehingga tidak seluruh alokasi dana dari daerah. “Kan urusan pengemba­ngan bandara ada di pemerin­tah pusat, daerah hanya mendukung,” paparnya.Rusdy mengatakan pihaknya pada tahun 2009 telah menga­lokasikan dana Rp1 miliar untuk tambahan biaya pembebasan tanah guna memper­panjang landas pacu (runway) bandara.

Rute baru
Sementara itu, maskapai PT Garuda Indonesia Airlines pada tahun ini kembali membu­ka rute penerbangan dari dan ke Bandara Mutiara Palu, Sulteng. “Jika tidak ada aral melintang­ pembukaan rute penerbangan­ itu akan dilakukan pada Agus­­tus mendatang,” kata Kepala Bandara Mutiara Palu, Indar Dewa, baru-baru ini. Dia mengatakan, beberapa wak­­tu lalu, perwakilan Garuda sudah menemuinya dan menyampaikan rencana untuk ikut meramaikan bisnis penerbangan­ di ibukota Provinsi Sulteng ini. Rencananya jenis pesawat yang akan dioperasikan­ Boeing 737-300.

Menurut dia, dengan adanya tambahan maskapai penerba­ng-an­ ini, frekuensi penerbangan­ di Bandara Mutiara Palu yang hanya berjarak sekiitar lima km dari pusat kota itu bakal semakin ramai. Pemerintah melalui Depar­te­­men Perhubungan, katanya, terus membenahi sarana dan pra­­sarana yang diperlukan di Bandara Mutiara, guna mening­katkan pelayanan dan kenyama­nan arus lalu lintas pesawat komersial.

Peningkatan fasilitas tersebut,­ antara lain melakukan peleba­ran apron (tempat parkir pe­­­sa­­­­­­­­­wat) menjadi 323x78 meter yang saat ini sedang dikerjakan dan ditargetkan selesai bulan depan. Dia mengakui apron di Bandara Mutiara belum memadai dan ha­­­­nya bisa menampung tiga pesawat jenis Boeing, namun dengan adanya perluasan tersebut nantinya dapat menampu­ng­ sembilan pesawat ukuran besar.

Selain memperluas apron, De­­­partemen Perhubungan juga memperpanjang landas pacu banda­ra dari 3.000 meter saat ini menjadi 4.500 meter. Dinas Perhubungan Sulteng melaporkan arus penumpang yang tiba dan berangkat dari Bandara Mutiara kurun tiga tahun terakhir meningkat signi­fikan. Rata-rata yang diberangkatkan mencapai lebih 600 orang per hari.Dengan kehadiran Garuda, be­­­rarti akan ada enam maskapai na­­sional yang melayani pener­ba­­ngan komersial dari dan ke Bandara Mutiara.

Lima yang sudah beroperasi sebelumnya, yaitu Batavia Air, Wings Air, Lion Air, Merpati Nusantara Airlines, dan Sriwijaya Air. Garuda sendiri pernah berope­rasi di Bandara Mutiara pada akhir tahun 1970-an hingga­ pertengahan 1990.