PALU: Pemerintah Kota Palu membutuhkan dana sekitar Rp50 miliar untuk membangun terminal penumpang baru Bandara Mutiara, Sulawesi Tengah, sebab kondisi saat ini dinilai sudah tidak laik lagi dan terkesan tidak modern.“Terus terang saja kondisi Terminal Bandara Mutiara Palu sudah tidak laik lagi jika disesuaikan dengan perkembangan. Bahkan boleh dibilang tinggal Bandara Mutiara Palu yang belum disentuh di Sulawesi,” kata Wali Kota Palu, Rusdy Mastura, di Palu, belum lama ini.
Menurut dia, terminal Bandara Hasanuddin yang baru begitu luar biasa dan modern, Sam Ratulangi Manado sudah lebih awal dibangun, demikian pula Kendari dan Gorontalo sudah direnovasi dan diganti dengan membangun yang baru.“Sebagai Wali Kota, saya juga tidak ingin Bandara Mutiara Palu masih seperti sekarang. Kami sedang berupaya mencari terobosan mengembangkan terminal penumpang, sebab sangat memungkinkan dan didukung lahan cukup luas,” kata Rusdy.
Dia mengemukakan pihaknya sudah pernah menyiapkan rencana pengembangan Bandara Mutiara Palu dan gambarnya juga dibantu oleh seorang konsultan dari Bandung. Namun, papar Wali Kota, rencana itu terbentur dana dan otoritasnya sebab pengembangan bandara adalah kewenangan pemerintah pusat, bukan pemerintah kota.
Rusdy mengatakan berdasarkan perhitungan, dana yang dibutuhkan untuk pengembangan Bandara Mutiara diperkirakan mencapai Rp50 miliar. Total dana sebesar itu, menurut Rusdy, bisa ditopang dengan APBD Provinsi dan Kota.
Yang dibutuhkan, katanya, adalah terobosan untuk menggolkan dana tersebut di pusat, sehingga tidak seluruh alokasi dana dari daerah. “Kan urusan pengembangan bandara ada di pemerintah pusat, daerah hanya mendukung,” paparnya.Rusdy mengatakan pihaknya pada tahun 2009 telah mengalokasikan dana Rp1 miliar untuk tambahan biaya pembebasan tanah guna memperpanjang landas pacu (runway) bandara.
Rute baru
Sementara itu, maskapai PT Garuda Indonesia Airlines pada tahun ini kembali membuka rute penerbangan dari dan ke Bandara Mutiara Palu, Sulteng. “Jika tidak ada aral melintang pembukaan rute penerbangan itu akan dilakukan pada Agustus mendatang,” kata Kepala Bandara Mutiara Palu, Indar Dewa, baru-baru ini. Dia mengatakan, beberapa waktu lalu, perwakilan Garuda sudah menemuinya dan menyampaikan rencana untuk ikut meramaikan bisnis penerbangan di ibukota Provinsi Sulteng ini. Rencananya jenis pesawat yang akan dioperasikan Boeing 737-300.
Menurut dia, dengan adanya tambahan maskapai penerbang-an ini, frekuensi penerbangan di Bandara Mutiara Palu yang hanya berjarak sekiitar lima km dari pusat kota itu bakal semakin ramai. Pemerintah melalui Departemen Perhubungan, katanya, terus membenahi sarana dan prasarana yang diperlukan di Bandara Mutiara, guna meningkatkan pelayanan dan kenyamanan arus lalu lintas pesawat komersial.
Peningkatan fasilitas tersebut, antara lain melakukan pelebaran apron (tempat parkir pesawat) menjadi 323x78 meter yang saat ini sedang dikerjakan dan ditargetkan selesai bulan depan. Dia mengakui apron di Bandara Mutiara belum memadai dan hanya bisa menampung tiga pesawat jenis Boeing, namun dengan adanya perluasan tersebut nantinya dapat menampung sembilan pesawat ukuran besar.
Selain memperluas apron, Departemen Perhubungan juga memperpanjang landas pacu bandara dari 3.000 meter saat ini menjadi 4.500 meter. Dinas Perhubungan Sulteng melaporkan arus penumpang yang tiba dan berangkat dari Bandara Mutiara kurun tiga tahun terakhir meningkat signifikan. Rata-rata yang diberangkatkan mencapai lebih 600 orang per hari.Dengan kehadiran Garuda, berarti akan ada enam maskapai nasional yang melayani penerbangan komersial dari dan ke Bandara Mutiara.
Lima yang sudah beroperasi sebelumnya, yaitu Batavia Air, Wings Air, Lion Air, Merpati Nusantara Airlines, dan Sriwijaya Air. Garuda sendiri pernah beroperasi di Bandara Mutiara pada akhir tahun 1970-an hingga pertengahan 1990.
Menurut dia, terminal Bandara Hasanuddin yang baru begitu luar biasa dan modern, Sam Ratulangi Manado sudah lebih awal dibangun, demikian pula Kendari dan Gorontalo sudah direnovasi dan diganti dengan membangun yang baru.“Sebagai Wali Kota, saya juga tidak ingin Bandara Mutiara Palu masih seperti sekarang. Kami sedang berupaya mencari terobosan mengembangkan terminal penumpang, sebab sangat memungkinkan dan didukung lahan cukup luas,” kata Rusdy.
Dia mengemukakan pihaknya sudah pernah menyiapkan rencana pengembangan Bandara Mutiara Palu dan gambarnya juga dibantu oleh seorang konsultan dari Bandung. Namun, papar Wali Kota, rencana itu terbentur dana dan otoritasnya sebab pengembangan bandara adalah kewenangan pemerintah pusat, bukan pemerintah kota.
Rusdy mengatakan berdasarkan perhitungan, dana yang dibutuhkan untuk pengembangan Bandara Mutiara diperkirakan mencapai Rp50 miliar. Total dana sebesar itu, menurut Rusdy, bisa ditopang dengan APBD Provinsi dan Kota.
Yang dibutuhkan, katanya, adalah terobosan untuk menggolkan dana tersebut di pusat, sehingga tidak seluruh alokasi dana dari daerah. “Kan urusan pengembangan bandara ada di pemerintah pusat, daerah hanya mendukung,” paparnya.Rusdy mengatakan pihaknya pada tahun 2009 telah mengalokasikan dana Rp1 miliar untuk tambahan biaya pembebasan tanah guna memperpanjang landas pacu (runway) bandara.
Rute baru
Sementara itu, maskapai PT Garuda Indonesia Airlines pada tahun ini kembali membuka rute penerbangan dari dan ke Bandara Mutiara Palu, Sulteng. “Jika tidak ada aral melintang pembukaan rute penerbangan itu akan dilakukan pada Agustus mendatang,” kata Kepala Bandara Mutiara Palu, Indar Dewa, baru-baru ini. Dia mengatakan, beberapa waktu lalu, perwakilan Garuda sudah menemuinya dan menyampaikan rencana untuk ikut meramaikan bisnis penerbangan di ibukota Provinsi Sulteng ini. Rencananya jenis pesawat yang akan dioperasikan Boeing 737-300.
Menurut dia, dengan adanya tambahan maskapai penerbang-an ini, frekuensi penerbangan di Bandara Mutiara Palu yang hanya berjarak sekiitar lima km dari pusat kota itu bakal semakin ramai. Pemerintah melalui Departemen Perhubungan, katanya, terus membenahi sarana dan prasarana yang diperlukan di Bandara Mutiara, guna meningkatkan pelayanan dan kenyamanan arus lalu lintas pesawat komersial.
Peningkatan fasilitas tersebut, antara lain melakukan pelebaran apron (tempat parkir pesawat) menjadi 323x78 meter yang saat ini sedang dikerjakan dan ditargetkan selesai bulan depan. Dia mengakui apron di Bandara Mutiara belum memadai dan hanya bisa menampung tiga pesawat jenis Boeing, namun dengan adanya perluasan tersebut nantinya dapat menampung sembilan pesawat ukuran besar.
Selain memperluas apron, Departemen Perhubungan juga memperpanjang landas pacu bandara dari 3.000 meter saat ini menjadi 4.500 meter. Dinas Perhubungan Sulteng melaporkan arus penumpang yang tiba dan berangkat dari Bandara Mutiara kurun tiga tahun terakhir meningkat signifikan. Rata-rata yang diberangkatkan mencapai lebih 600 orang per hari.Dengan kehadiran Garuda, berarti akan ada enam maskapai nasional yang melayani penerbangan komersial dari dan ke Bandara Mutiara.
Lima yang sudah beroperasi sebelumnya, yaitu Batavia Air, Wings Air, Lion Air, Merpati Nusantara Airlines, dan Sriwijaya Air. Garuda sendiri pernah beroperasi di Bandara Mutiara pada akhir tahun 1970-an hingga pertengahan 1990.