MAKASSAR: Bank Indonesia meminta perbankan tidak mengendorkan penyaluran kredit di Sulsel kendati perlambatan ekonomi membayangi. Namun, bank sentral juga meminta bank selektif dan tetap berhati-hati mengingat ada kemungkinan debitor di sejumlah sektor/industri terkena dampak krisis ekonomi global sehingga bisa mengganggu kemampuan bayar.
Pemimpin Kantor Bank Indonesia (KBI) Makassar Lambok Antonius Siahaan mengatakan hal itu seusai Banker’s Luncheon di Makassar, Rabu 4 Januari, menanggapi permintaan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo agar bank tak perlu terlampau selektif di provinsi itu. Menurut Gubernur, kondisi dunia usaha di daerah itu berbeda dari daerah lain khususnya di Jawa dan Sumatra. Dia yakin perekonomian setempat bakal tetap mampu tumbuh walaupun agak melambat.
Dengan berapi-api, Gubernur bahkan memberikan garansi bahwa pemerintah daerah siap menanggung kerugian bank apabila kreditnya macet di Sulsel selama krisis global. Lambok menilai pernyataan Gubernur tersebut wajar disampaikan sebab kredit perbankan merupakan salah satu sumber pembiayaan swasta yang diharapkan membantu menggerakkan sektor riil.
“Tetapi risk management itu sudah inheren dengan keseharian perbankan. Bank tetap harus menghitung risiko dan selektif, tidak boleh tidak,” kata Lambok menjawab Bisnis. Secara khusus dia menegaskan besarnya peran perbankan dalam mendorong pertumbuhan dunia usaha. Lambok menyitir rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (DPK) di wilayah itu yang pada akhir 2008 telah mencapai 114%. “Itu artinya dana dari luar Sulsel sudah ditarik masuk ke daerah ini. Tidak perlu disuruh pun, bank akan mengucurkan kredit asal laik dan risikonya dihitung,” imbuh Lambok.
Perbankan diharapkan secara bertahap dapat mulai melonggarkan pengucuran kredit setelah beberapa bulan situasi kurang kondusif seiring pengetatan likuiditas dan tingginya suku bunga. Dalam tiga bulan terakhir, Bank Indonesia memangkas BI rate hingga awal Februari ini menjadi 8,25%. Namun, pemotongan bunga acuan sampai 125 basis poin dalam tiga bulan itu belum diikuti penurunan bunga kredit dalam jumlah sama. Pada akhir 2008, aset perbankan Sulsel meningkat 13,6% y-o-y, kredit tumbuh 23,6%, dan dana pihak ketiga naik 11,2%. Tingkat LDR saat ini 114,23%.
Pemimpin Kantor Bank Indonesia (KBI) Makassar Lambok Antonius Siahaan mengatakan hal itu seusai Banker’s Luncheon di Makassar, Rabu 4 Januari, menanggapi permintaan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo agar bank tak perlu terlampau selektif di provinsi itu. Menurut Gubernur, kondisi dunia usaha di daerah itu berbeda dari daerah lain khususnya di Jawa dan Sumatra. Dia yakin perekonomian setempat bakal tetap mampu tumbuh walaupun agak melambat.
Dengan berapi-api, Gubernur bahkan memberikan garansi bahwa pemerintah daerah siap menanggung kerugian bank apabila kreditnya macet di Sulsel selama krisis global. Lambok menilai pernyataan Gubernur tersebut wajar disampaikan sebab kredit perbankan merupakan salah satu sumber pembiayaan swasta yang diharapkan membantu menggerakkan sektor riil.
“Tetapi risk management itu sudah inheren dengan keseharian perbankan. Bank tetap harus menghitung risiko dan selektif, tidak boleh tidak,” kata Lambok menjawab Bisnis. Secara khusus dia menegaskan besarnya peran perbankan dalam mendorong pertumbuhan dunia usaha. Lambok menyitir rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (DPK) di wilayah itu yang pada akhir 2008 telah mencapai 114%. “Itu artinya dana dari luar Sulsel sudah ditarik masuk ke daerah ini. Tidak perlu disuruh pun, bank akan mengucurkan kredit asal laik dan risikonya dihitung,” imbuh Lambok.
Perbankan diharapkan secara bertahap dapat mulai melonggarkan pengucuran kredit setelah beberapa bulan situasi kurang kondusif seiring pengetatan likuiditas dan tingginya suku bunga. Dalam tiga bulan terakhir, Bank Indonesia memangkas BI rate hingga awal Februari ini menjadi 8,25%. Namun, pemotongan bunga acuan sampai 125 basis poin dalam tiga bulan itu belum diikuti penurunan bunga kredit dalam jumlah sama. Pada akhir 2008, aset perbankan Sulsel meningkat 13,6% y-o-y, kredit tumbuh 23,6%, dan dana pihak ketiga naik 11,2%. Tingkat LDR saat ini 114,23%.