MAKASSAR: Kantor Bank Indonesia (KBI) Makassar meningkatkan pengawasan terhadap outstanding kredit komersial bagi nasabah di bidang ekspor impor, menyusul adanya kekhawatiran memburuknya prospek pelunasan pinjaman akibat krisis global.Terkait hal itu, beberapa pemimpin dan kepala cabang bank di Sulsel mengemukakan omzet bisnis sejumlah debitor yang bergerak di ekspor komoditas primer maupun produk berorientasi ekspor mengalami penurunan karena melemahnya permintaan.
Selain itu, ada nasabah dike-tahui didera pembatalan order serta telat bayar oleh importir sehingga mengganggu arus kas.Kepada Bisnis, para kepala cabang bank itu mengakui penurunan ini berpengaruh terhadap prospek pelunasan pinjaman apabila terjadi terus-menerus.
Sebagai gambaran, outstanding kredit ekspor terhadap total kredit di beberapa bank diperkirakan mencapai 10%. Namun, mereka menyatakan kredit nasabah ekspor yang terkena dampak krisis itu saat ini masih baik dan belum masuk kategori bermasalah. Pemimpin KBI Makassar Lambok Antonius Siahaan mengatakan pihaknya mencermati perkembangan tersebut.
BI, katanya, akan memanfaatkan forum bersama para bankir guna mencari solusi terbaik apabila benar terjadi pemburukan situasi. “Tetapi sejauh ini kami belum mendapat laporan kredit ekspor yang bermasalah di Sulsel. Meski demikian, itu menjadi perhatian BI,” ujarnya, kemarin. Kata Lambok, BI juga telah mengantisipasi soal ekspor impor yang mungkin muncul seiring pengetatan likuiditas khususnya mata uang US$ di pasar.
“Dewan Gubernur BI belum lama ini mengeluarkan kebijakan rediskonto ekspor. Jadi secara nasional sudah diantisipasi,” tuturnya. Bank sentral menerbitkan transaksi pembelian wesel ekspor berjangka lewat skema rediskonto (penjaminan) merujuk PBI No.10/34/PBI/2008. Fasilitas berlaku 5 Desember ini untuk meredam tekanan likuditas pembiayaan ekspor dan menggaransi risiko pembayaran dari importir.
Order baru
Indonesia Timur Area Manager Bank CIMB Niaga Tbk Rahmat Haris mengatakan situasi riskan yang lebih perlu diwaspadai adalah berkurangnya permintaan baru dari pasar tradisional. Tanpa order yang kontinyu, dirisaukan nasabah ekspor benar-benar kesulitan mencicil kredit.“Ini bukan tugas BI atau bank, tapi pemerintah untuk mengarahkan ke new market. Bisakah?” katanya melalui pesan singkat.
Kepala Cabang Bank Panin Tbk Makassar Onny Gappa menuturkan perseroan jauh-jauh hari telah memantau kegiatan rekening nasabah ekspor. “Sejauh ini semua masih lancar kecuali sales-nya (nasabah ekspor) turun. Yang terpukul sebenarnya petani, karena eksportir menjual menurut kontrak volume dan harga,” paparnya.
Panin menggelontorkan kredit ekspor untuk coklat, udang, ikan, dan rumput laut. Kepala Cabang Bank BCA Tbk Makassar Hendrik Sia mengatakan bank harus menganalisis seberapa besar dampak krisis global terhadap debitor terkait sehingga bila perlu dapat direstrukturisasi sebelum menjadi bermasalah.
Dia menyebut sejumlah nasabah ekspor BCA mulai berupaya sendiri membuka pasar baru di luar negara-negara yang terimbas krisis.Pemimpin Bank BNI Tbk Wilayah VII Bambang Kuncoro menambahkan bank mempererat sinergi dengan debitor untuk mencari solusi masalah ekspor.