Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Kamis, Maret 05, 2009

BPR desak bunga linkage diturunkan

MAKASSAR: Kalangan bank perkreditan rakyat (BPR) di Sulawesi Selatan mendesak bank umum segera menurunkan bunga kredit penerusan (linkage program) menyusul pemangkasan BI rate 50 basis poin, kemarin. Mereka menilai bunga kredit penerusan saat ini amat membebani BPR dan juga memberatkan nasabah membayar pinjaman.

Direktur Utama BPR Syariah Niaga Madani Dirwan Dirga Saputra mengatakan tanpa penurunan suku bunga linkage, bunga BPR dipastikan tetap berkisar 19%-25% seperti sekarang khususnya bagi yang mengandalkan penerusan dari bank umum. “Kami di BPR sebenarnya ingin sekali menurunkan bunga karena melihat beban nasabah. Tapi, itu (penurunan bunga) tidak bisa begitu saja sebab kami bergantung pada kredit penerusan bank umum,” kata Dirwan, kemarin. Dia menuturkan BPR dalam kondisi serba salah. Di satu sisi, ekspektasi nasabah agar ada diskon bunga kian besar, namun di sisi lain, mahalnya biaya dana membuat langkah itu sulit dilakukan.

“Kami juga tidak bisa terlalu mengandalkan dana pihak ketiga, karena mayoritas masih dari deposito yang mahal,” jelasnya. Direktur Utama BPR Hasa Mitra I Nyoman Supartha mengemukakan pihaknya beruntung memiliki porsi dana pihak ketiga dan modal sendiri yang cukup kuat sehingga ketergantungan terhadap pinjaman penerusan tidak besar.

Meski demikian, tuturnya, kredit penerusan tetap penting untuk ekspansi BPR. Secara khusus dia menyatakan Hasa Mitra dapat memangkas bunga dalam kurun satu bulan ke depan mengikuti BI rate. “Tetapi kami masih akan menunggu penetapan tingkat bunga penjaminan LPS pertengahan bulan ini.” Saat ini LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) menetapkan bunga penjaminan maksimal 12,5% untuk BPR.

Dia menambahkan BPR umumnya mengacu pada tiga situasi ketika mempertimbangkan kenaikan atau penurunan bunga. Pertama, kata dia, tingkat BI rate. Kedua, suku bunga penjaminan LPS. Ketiga, ukuran biaya dana masing-masing BPR.
“Kalau bank umum BUMN atau swasta nasional, harus menunggu keputusan kantor pusat. Di BPR, kami bisa lebih cepat memutuskan naik atau turun,” kata Nyoman.

Kemarin, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps menjadi 7,75%. Ini adalah pemangkasan keempat kalinya berturut-turut sejak Desember 2008 saat BI rate masih 9,5%.
Dalam tiga bulan terakhir, BI rutin mendiskon bunga acuan sebesar 50 bsp setiap bulan. Total dalam empat bulan itu BI rate sudah turun 175 bsp. Keputusan pemangkasan lanjutan pada Maret diambil setelah mencermati perkembangan ekonomi dalam dan luar negeri, khususnya terkait masih berlanjutnya krisis global.

Tanpa penerusan

Nyoman menjelaskan tingginya bunga membuat BPR Hasa Mitra belakangan ini mengurangi kredit penerusan bank umum. Pihaknya memilih menggenjot dana pihak ketiga dan menambah modal. “Bagaimana mau ambil kalau bunga tinggi sekali. Lebih baik kami cari dana sendiri,” ucap Nyoman.

Menurutnya, Hasa Mitra akan menunggu bunga bank umum lebih rasional. Per akhir Februari 2008, posisi kredit Hasa Mitra Rp112,12 miliar, naik 4,6% dari 2008. Tahun lalu kredit BPR di Sulsel tercatat sebesar Rp203,3 miliar atau tumbuh 45,6% y-o-y. Posisi kredit menyentuh puncak pada November 2008 sebesar Rp225 miliar.

Sekitar 67% kredit BPR tersebut disalurkan ke sektor lain-lain termasuk kredit pemilikan rumah (KPR), kredit pemilikan mobil (KPM), dan kredit tanpa agunan yang berorientasi konsumtif.