MAKASSAR: Hanya 40% dari total 7.017 koperasi dan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) di Sulsel yang tumbuh baik atau dalam keadaan baik. Padahal dalam suasana krisis ekonomi, koperasi dan UMKM diharapkan menjadi pilar utama penunjang laju perekonomian.
Untuk mengatasinya, mulai tahun ini Dinas Koperasi dan UKM Sulsel menganggarkan Rp1 triliun dalam program sejuta KUMKM. Program ini difokuskan pada gerakan kemandirian perekonomian rakyat (Gema Perkasa) hingga 2013.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sulsel, Nico Biringkanae, mengatakan hanya 2.800 koperasi dan UMKM di provinsi itu yang baik. Menurutnya, perbaikan dan pemberdayaan untuk penumbuhan gairah harus dilakukan secara bertahap.
Dia mengatakan melambatnya pertumbuhan salah satunya disebabkan sulitnya pengurusan kredit bantuan, seperti kredit usaha rakyat, program kemitraan dan bina lingkungan, dan bantuan layanan umum pengelolaan dana bergulir. Jalan keluarnya, kata dia, membentuk koperasi sekunder di setiap kecamatan dan koperasi primer di setiap desa.
“Tahun ini kami akan usahakan semua baik. Makanya kami buat koperasi sekunder yang diharapkan menjadi lokomotif penggerak untuk akses yang lebih mudah,” kata Nico, pekan ini. Tiga kelompok masyarakat yang menjadi target program Dinas Koperasi & UKM pada 2009, yakni komunitas pedagang kaki lima, dengan pinjaman berupa barang sesuai nilai uang.
Kedua, komunitas pengusaha pasar, di mana pengusaha kecil menengah yang lama akan tetap dipertahankan dengan akses dan bantuan yang lebih layak. Ketiga, komunitas usaha tani dan nelayan. “Saya kira ini sesuai program Menteri Koperasi dan UKM untuk permberdayaan masyarakat kecil dan ekonomi lemah,” ujar Nico.
Di sisi lain, tambahnya, pemberdayaan juga akan dilakukan pada pasar-pasar tradisional di enam kabupaten/kota, yaitu Selayar, Gowa, Bantaeng, Wajo, Toraja, dan Takalar, dengan masing-masing anggaran Rp1 miliar. Nico berharap pemerintah daerah membantu program pemberdayaan pasar tradisional ini. “Saya kira semua akan berjalan baik, jika pemerintah merespon positif,” katanya.
Untuk mengatasinya, mulai tahun ini Dinas Koperasi dan UKM Sulsel menganggarkan Rp1 triliun dalam program sejuta KUMKM. Program ini difokuskan pada gerakan kemandirian perekonomian rakyat (Gema Perkasa) hingga 2013.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sulsel, Nico Biringkanae, mengatakan hanya 2.800 koperasi dan UMKM di provinsi itu yang baik. Menurutnya, perbaikan dan pemberdayaan untuk penumbuhan gairah harus dilakukan secara bertahap.
Dia mengatakan melambatnya pertumbuhan salah satunya disebabkan sulitnya pengurusan kredit bantuan, seperti kredit usaha rakyat, program kemitraan dan bina lingkungan, dan bantuan layanan umum pengelolaan dana bergulir. Jalan keluarnya, kata dia, membentuk koperasi sekunder di setiap kecamatan dan koperasi primer di setiap desa.
“Tahun ini kami akan usahakan semua baik. Makanya kami buat koperasi sekunder yang diharapkan menjadi lokomotif penggerak untuk akses yang lebih mudah,” kata Nico, pekan ini. Tiga kelompok masyarakat yang menjadi target program Dinas Koperasi & UKM pada 2009, yakni komunitas pedagang kaki lima, dengan pinjaman berupa barang sesuai nilai uang.
Kedua, komunitas pengusaha pasar, di mana pengusaha kecil menengah yang lama akan tetap dipertahankan dengan akses dan bantuan yang lebih layak. Ketiga, komunitas usaha tani dan nelayan. “Saya kira ini sesuai program Menteri Koperasi dan UKM untuk permberdayaan masyarakat kecil dan ekonomi lemah,” ujar Nico.
Di sisi lain, tambahnya, pemberdayaan juga akan dilakukan pada pasar-pasar tradisional di enam kabupaten/kota, yaitu Selayar, Gowa, Bantaeng, Wajo, Toraja, dan Takalar, dengan masing-masing anggaran Rp1 miliar. Nico berharap pemerintah daerah membantu program pemberdayaan pasar tradisional ini. “Saya kira semua akan berjalan baik, jika pemerintah merespon positif,” katanya.