Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Selasa, Maret 24, 2009

Pelindo IV bangun terminal khusus CPO

MAKASSAR: PT Pela­­buhan Indonesia IV bersama sejumlah investor swasta berencana memba­ngun sebuah dermaga khusus CPO (crude palm oil) di dalam kawasan pelabuhan Kariangau, Kalimantan Timur, yang sekarang masih proses konstruksi terminal peti kemas. Konsorsium investor swasta tersebut meliputi beberapa perusahaan dari dalam negeri serta negara tetangga seperti Thailand dan Singapura. Charoen Phokpand Group menjadi leading investor dalam proyek ini.

Pelabuhan Kariangau terdiri atas pelabuhan laut, TPK, dan pergudang­an. Posisi dermaga CPO diproyeksikan bersebelahan dengan TPK. Pelabuhan ini berada dalam Kawasan Industri Kariangau (KIK) di Balikpapan yang seluas 5.000 hektare.Apabila jadi dibangun tahun ini, pembangunan terminal khusus CPO diperkirakan butuh waktu dua tahun atau bisa selesai 2011 bersamaan de­ngan operasional TPK seluas 57 ha.

Saat dikonfirmasi, Direktur Pe­­­ma­­saran dan Pengembangan Usaha Pelindo IV Max K. Lumempouw me­­­nga­­takan rencana investasi itu masih dalam kajian. Pihak investor swasta dan Pelindo IV, kata dia, menghitung ulang kelaikan proyek. “Sementara dalam kajian, soalnya terpengaruh krisis global. Calon investornya belum aktif lagi,” kata Max lewat telepon, kemarin.

Dia mengatakan penurunan harga CPO juga membuat kalkulasi proyek bergeser. Anggota kelompok investor, jelasnya, juga masih mungkin berubah. “Proyek juga masih mungkin batal,” tuturnya. Direktur Keuangan Pelindo IV Mulyono mengemukakan pembangun­an terminal khusus CPO merupakan usulan sejumlah perusahaan sawit raksasa yang mempunyai kebun di Kalimantan.

Selama ini distribusi CPO dari kebun ke daerah tujuan ekspor dan industri tersebar di beberapa kota seperti Banjarmasin, Samarinda, dan Balikpapan. Dengan terminal khusus CPO, mayoritas pengiriman dapat dipusatkan di Balikpapan. “Itu usulan dari perusahaan-perusahaan sawit sendiri. Tetapi dermaga ini kelak bisa dipakai oleh umum bukan hanya investornya saja,” papar Mulyono.

30% modal
Mulyono mengungkapkan 30% nilai investasi terminal akan bersumber dari modal para pendiri, selebihnya diharapkan dari pinjaman bank. “30% investasi nanti dari modal para founder, sisanya utang,” papar Mulyono. Kariangau, kata Mulyono, mempunyai banyak potensi pengembangan infrastruktur yang dapat dijajaki di masa mendatang khususnya di sektor pertambangan dan perkebunan.

KIK Balikpapan merupakan kawa­san industri terluas di Kalimantan dengan rencana tahap awal pengembangan seluas 2.000 ha. Selain infrastruktur transportasi laut, KIK juga memiliki fasilitas pendukung kegiatan industri lainnya. KIK yang terletak di daerah teluk Balikpapan diperkirakan dapat menyerap hingga 50.000 tenaga kerja apabila dikembangkan secara optimal.

Kawasan industri ini bagian dari program kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) di wilayah timur Indonesia yang diluncurkan pada tahun 1996 dan disempurnakan pada 1998. Terdapat satu Kapet di tiap propinsi. Kaltim memiliki Kapet Sasamba yang menyimpan potensi pertanian dan perikanan sebagai bahan baku industri hulu. KIK merupakan bagian Kapet Sasamba.

Sayangnya, hingga pertengahan 2008 KIK baru mencapai 5% dari target 140 investor. Jumlah itu meliputi tujuh perusahaan perkayuan, karet, dan batu bara. Sementara itu, TPK Kariangau di dalam kawasan ini diperkirakan selesai konstruksi akhir 2010. Pelindo IV dan Pemprov Kaltim bahu-membahu dalam proyek senilai Rp600 miliar ini, dengan Pelindo mengucurkan sekitar Rp500 miliar.