Tak bisa dipungkiri bahwa berhasilnya sebuah negara tergantung pada bagaimana pimpinannya melangkah dan bergerak. Begitu juga dengan suatu provinsi untuk bisa maju, terletak pada ide dan kreativitas sang gubernur dalam memikirkan mau dibawa ke mana daerahnya. Misalnya Provinsi Sulawesi Utara yang saat ini tengah jadi perhatian publik dunia. Di Manado, Ibukota Provinsi Sulut, pada 11-15 Mei akan berlangsung event World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit, sebuah ajang internasional yang akan membahas peran dan fungsi laut bagi lingkungan. Acara ini diikuti sedikitnya 121 negara dari berbagai belahan dunia. Apa saja yang dilakukan oleh provinsi yang dijuluki Nyiur Melambai ini, baik untuk pembangunan Sulut secara umum, maupun dalam mempersiapkan acara tersebut agar sukses, dan bisa mengharumkan nama Indonesia di mancanegara? Dan siapa sebenarnya yang pertama kali melontarkan ide ajang ini? Untuk itu Bisnis mewawancarai Gubernur Sulut Sinyo Harry Sarundajang di rumah dinasnya di Bumi Beringin Manado, baru-baru ini.Berikut petikannya:
Apa yang Anda lakukan dalam memajukan Provinsi Sulut ini?
Saya kira Sulut tak kalah dengan Bali, sama-sama dikelilingi lautan. Cuma wilayah ini kalah promosi. Apa yang dimiliki Pulau Dewata itu, kami juga punya. Tinggal mengembangkannya dan mengeksposnya agar dilirik dunia. Selain itu di sini belum ada kawasan industri atau industri yang besar dan infrastruktur yang memadai.
Jadi apa yang Anda perbuat?
Saya membayangkan bagaimana jika Sulut menjadi pusat perhatian dunia. Di saat lain saya juga membayangkan jika kekayaan alam di dalam laut akan punah, karena dunia makin panas, juga akibat ulah tangan-tangan manusia yang tak bertanggung jawab.
Terlintas untuk membuat sesuatu yang bisa menyelamatkan laut dan lingkungan. Sumber daya kelautan kita terancam oleh perubahan iklim, overfishing, praktik penangkapan ikan yang berlebihan, polusi, dan kegiatan lain yang bisa membahayakan sumber daya laut dan perikanan kita.
Salah satu idenya adalah mengangkat isu peran dan fungsi laut bagi lingkungan ke tingkat dunia, dan memang masalah tersebut menjadi isu sentral publik dunia.. Setelah bicara ke pimpinan yang lebih tinggi, akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun setuju, bahkan mengeluarkan Keppres. Wuah, ini tidak main-main. Karena ketika mulai ditampilkan oleh Bapak Presiden dalam beberapa pertemuan tingkat dunia, akhirnya mata dunia pun terbuka. Isu menyelamatkan lingkungan melalui laut. Itu yang akan ditawarkan pada dunia. Dan ternyata diterima secara global. Proyek akbar ini harus dikerjakan bersama, melibatkan semua unsur.
Apa target Anda dengan terselenggaranya WOC ini?
Sebagai tuan rumah, banyak hal penting yang muncul. Misalnya nanti ada Manado Declaration. Itu menguntungkan wilayah ini, karena secara otomatis akan dikenang oleh dunia. Deklarasi ini sama pentingnya dengan kesepakatan internasional lainnya di bidang lingkungan seperti Protokol Montreal (1987), Protokol Kyoto (1997-1999), dan Bali Roadmap (2007).
Namun, ada dua hal yang utama dalam event WOC dan (CTI) Summit ini, yaitu ajang persidangan dan pencitraan. Kalau berhasil sukses, nama Indonesia semakin harum di mancanegara. Dampaknya akan banyak turis datang. Bisa dibayangkan sedikitnya 8 kepala negara akan datang ke Manado, ratusan pejabat setingkat menteri dari 121 negara. Ya, setidaknya ada 5.000 orang dari berbagai belahan dunia kumpul di kota ini. Ini merupakan sebuah promosi gratis. Mereka akan datang lagi dan membawa keluarga dan handai taulan ke Manado dan Indonesia umumnya. Itu kalau perhelatan ini sukses. Dan saya yakin akan sukses.
Selama ini pemasukan terbesar Sulut dari sektor apa?
Selama ini pemasukan terbanyak untuk Sulut dihasilkan dari industri perikanan sekitar 36% dan pariwisata 25%. Tapi setelah event WOC, saya menargetkan penghasilan terbesar Sulut didapatkan dari sektor pariwisata, sekitar 50%. Kami ingin menjadikan Sulut sebagai pintu gerbang Indonesia kawasan timur. Nantinya akan banyak kegiatan yang berlangsung di sini, seperti pertemuan MICE.
Bahkan pasca-WOC, akan diselenggarakan Sail Bunaken 2009 pada Agustus. Ajang ini tak kalah penting dan masih sejalan dengan WOC & CTI Summit, mengenai kelautan bagi dunia, dan akan diikuti sedikitnya 30 negara. Begitu seterusnya, kami akan berupaya membuat berbagai pertemuan tingkat dunia.
Untuk menunjang semua itu, kami mempersiapkan infrastruktur, dengan memperlebar jalan dari bandara ke Kota Manado, memperluas tempat parkir Bandara Sam Ratulangi, menambah daya listrik lewat panas bumi, dan lainnya.
Sementara pihak swasta dalam dua tahun terakhir sudah menginvestasikan dana sekitar Rp2 triliun untuk membangun dan merenovasi hotel, convention center, mal, dan penunjang pariwisata lainnya. Saat ini ada 8 hotel baru. Selain itu frekuensi penerbangan dari dan ke Sulut ditingkatkan. Juga dibuka rute langsung ke Singapura, Malaysia, China, Filipina. Kami sedang upayakan untuk penerbangan langsung ke Korea dan Jepang.
Pertumbuhan ekonomi Sulut karena dampak dari gaung WOC ini, mengalami kenaikan jadi 7,1% pada semester pertama 2008. Tahun lalu, pendapatan per kapita penduduk juga naik mencapai Rp10,8 juta. Angka pengangguran turun hingga 12,35%, sementara kemiskinan bisa ditekan jadi 10,10%.
Bagaimana kesiapan masyarakat Sulut dengan event WOC?
Warga menyambut positif dan mendukung acara bergengsi ini. Event WOC & CTI Summit sekarang sudah menjadi milik bangsa, bahkan dunia. Bukan lagi Sulut semata. Banyak manfaat yang akan diterima masyarakat, di antaranya pengembangan infrastruktur daerah dan membuka jalan serta memperkuat citra di bidang pariwisata. Ini batu loncatan bagi Sulut untuk masuk ke ranah global. Semoga masyarakat makin sejahtera dan maju.