Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Rabu, Maret 11, 2009

Kredit konstruksi perlu relaksasi

MAKASSAR: Perbankan diminta memperlonggar penyaluran kredit konstruksi khususnya untuk sektor properti di Sulsel demi membantu menggairahkan bisnis tersebut tahun ini. indonesia (REI) Sulsel Jamaluddin Jafar mengatakan satu-satunya hambatan potensial bagi sektor properti khususnya perumahan di daerah itu saat ini adalah kecenderungan menciutnya por-si kredit konstruksi. Dia mengungkapkan sejumlah pengembang anggota REI mengaku belakangan ini sulit mengakses modal kerja karena bank mengurangi pengucuran serta memperketat pro­sedur. Kondisi itu, katanya, dipastikan bakal memperlambat laju ekspansi. Padahal, imbuhnya, situasi eksternal belakangan ini mulai berpihak ke pengusaha dan bisnis properti secara umum. amaluddin a.l. terus turunnya bunga acuan BI rate, dan menurunnya harga sebagian besar bahan bangunan. Selain itu, masih tingginya minat masyarakat membeli rumah sepert­i tampak dari transaksi Expo REI 2009 pekan lalu yang melampaui target. “Sekarang optimisme pengembang bangkit lagi setelah melihat antusiasme selama Expo REI. Hanya saja, kami masih terhambat makin ketatnya kredit konstruksi untuk properti,” kata Jamaluddin, kemarin.

Secara terpisah, Direktur Utama PT Garisa Properti Harris Hody me­ngatakan pengetatan kredit properti terasa bukan hanya pada pinjaman baru, namun juga pencairan plafon kredit yang telah disepakati. “Akibatnya, ada pengembang yang berhenti lama di tahap pembangun­an pondasi karena agak kesulitan mencairkan plafon kredit,” keluhnya.
Harris meminta perbankan menyi­kapi ini dengan serius. Kata Wakil Ketua DPD REI Sulsel itu, pengucuran yang tersendat bukan mustahil akhirnya akan mempersulit debitor melunasi cicilan sebelumnya sebab bisnisnya berhenti berputar.

Berlebihan
Secara khusus, Harris mengimbau para pengembang di daerah itu tidak berlebihan menanggapi hasil Expo REI 2009 yang disebut membuahkan transaksi Rp112 miliar atau di atas target semula Rp90 miliar. Alasannya, papar dia, pameran merupakan event khusus di mana peserta menawarkan berbagai keri­nganan harga dan tambahan fasilitas yang biasanya absen dalam situa­si normal.

“Pameran tidak menggambarkan kondisi riil. Lagipula, itukan angka dari event organizer yang tentu ingin acaranya dianggap sukses,” tukas Harris. Pada dasarnya, lanjutnya, sektor properti di daerah itu masih berada dalam tekanan. Tahun lalu kredit konstruksi di Sulsel tercatat Rp2 triliun atau membubung hampir 60% diban-dingkan dengan tahun 2007.

Pangsa kredit konstruksi terhadap total outstanding pinjaman di daerah itu sekitar 6,4%. Sayangnya, Kan-tor Bank Indonesia Makassar tidak merekam berapa kredit konstruksi sektor properti, apalagi pergerakannya per periode.

Percepatan ekspansi kredit konstruksi tampak terjadi pada periode Januari-Agustus dengan pertumbuhan­ 60% sebelum perlahan melambat selama September hingga akhir tahun 2008. Antara September-Desember tersebut, pertumbuhan outstanding kredit konstruksi tercatat kurang dari 2%.