Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Jumat, Maret 27, 2009

Menakar kredit konsumtif Bank Sulsel

JAKARTA:Untuk setiap peristiwa ada masanya. Ungkapan tersebut rasanya tepat menggambarkan perubahan situasi yang dialami Bank Sulsel dalam setahun terakhir. Bank pembangunan daerah (BPD) milik pemerintah provinsi dan kabupaten/kota se-Sulsel ini belakangan kerap menjadi sorotan. Pangkal masalahnya susah-susah gampang: Bank Sulsel dikritik terlalu berorientasi kredit konsumtif.

Menurut catatan Bisnis, pandangan itu makin gencar mengemuka sejak pucuk pimpinan pemprov—pemegang saham terbesar—berganti. Syahrul Yasin Limpo naik menggeser gubernur lama Amin Syam. Pada zaman Amin, jarang sekali bahkan tak pernah terdengar berita Bank Sulsel dicecar karena pinjaman konsumtif mendominasi portofolionya.

Eh, begitu Syahrul terpilih, persoalan tersebut langsung menyeruak. Penulis membayangkan direksi Bank Sulsel tak pernah lagi bisa tidur lelap sejak didesak mengubah haluan. Harapan Syahrul cukup jelas. Mantan Bupati Gowa ini berharap Bank Sulsel yang notabene mengelola mayoritas parkiran dana APBD bisa membantu memutar roda perekonomian lewat kucuran kredit ke sektor produktif.

Teori perbankan klasik meyakini kredit produktif berupa pinjaman modal kerja dan investasi lebih punya efek pengganda (multiplier effect) bagi sektor riil ketimbang konsumtif. Logikanya, pinjaman langsung ke dunia usaha akan menggandakan skala bisnis, memancing ekspansi tenaga kerja, dan pada akhirnya melanggengkan daya beli.

Sebaliknya, kredit konsumsi biasanya habis untuk belanja oleh debitur, sehingga kurang bertenaga untuk memberi dampak lanjutan. Syahrul dan sejumlah kalangan ingin Bank Sulsel punya dampak bagi sektor riil. Sayang sekali memang, jika dana pihak ketiga sekitar Rp3 triliun yang sejatinya milik warga Sulsel tidak dimaksimalkan menggerakkan ekonomi. Terutama di tengah sulitnya mencari dana segar di pasar keuangan kini.

Per Juli 2008, sekitar 90% outstanding kredit Bank Sulsel yang sebesar Rp2,97 triliun disalurkan ke sektor konsumtif. Dalam beberapa tahun terakhir, 70%-80% kredit mengalir ke segmen konsumtif. Pasar Bank Sulsel kebanyakan kredit pegawai negeri (PNS). Sedangkan bagian terbesar kredit modal kerja untuk kontraktor.

Para pengkritik tak peduli bahwa laba operasional Bank Sulsel tahun lalu menembus Rp310 miliar, naik 17% dibanding 2007. Asetnya mencapai Rp4,5 triliun atau meningkat 10% dalam kurun setahun. Percayalah, ini adalah perusahaan milik pemda Sulsel yang paling menguntungkan. Dan, tanpa bermaksud membela siapa pun, orientasi Bank Sulsel ke sektor konsumtif sebenarnya terjadi juga pada mayoritas BPD di Indonesia. (bersambung...) .