Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Senin, Maret 30, 2009

Ekspressair terbang tanpa izin ke Ambon

AMBON: Pesawat Ekspressair yang melayani rute Ambon – Tual – Saumlaki diduga telah melakukan penerbangan komersil tanpa izin Departemen Perhubungan dan Dinas Perhubungan Maluku. Hal itu diungkapkan Ketua Harian Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Maluku Tenggara MA Mardana.

Dia menyebutkan, armada penerbangan yang menggunakan jenis pesawat Foker Dornier 328 dengan kapasitas 30 seat hanya mengantongi izin flight approval (penerbangan carter/sewa) dan bukan penerbangan komersil. “Kami sudah cek ini ke Departemen Perhubungan dan Dinas Perhubungan Provinsi Maluku. Dephub mengaku, maskapai yang disewa PT Limbunan Tour and Travel yang berpusat di Makassar ini tidak memiliki izin komersil. Sementara, Dishub Maluku tidak mengetahui adanya penerbangan komersil yang dilakukan Ekspressair,” ungkap Mardana di Ambon, pekan lalu.

Menurutnya, maskapai ini telah melakukan penerbangan komersil sejak 17 Maret lalu. Bahkan, kata Mardana, armada penerbangan ini rutin melayani penumpang pada hari Senin, Rabu dan Jumat setiap pekan. Mardana mengatakan, pelayanan jasa penerbangan yang tidak sesuai izin yang dilakukan armada Ekspressair tersebut, sangat membahayakan jasa pengguna pesawat udara di Kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku Tengara Barat.

“Itu kan pesawat carter. Bila terjadi kecelakaan, maka penumpang tidak diberi asuransi, tapi hanya kepada perusahaan yang mencarter. Sebab, izin yang dikantongi adalah izin carter, bukan izin komersil,” tandasnya. Untuk itu, kata Mardana, Hipmi mendesak agar Dephub dan Pemprov Maluku, segera mengeluarkan larangan terhadap maskapai ini, untuk tidak melakukan penerbangan komersil.

“Dephub harus menjatuhkan sanksi. Kemudian Pemprov Maluku harus mendesak untuk penerbangan komersil tanpa izin ini dihentikan,” ujar Mardana. Informasi lain yang diterima Bisnis, menyebutkan selain keberatan dari Hipmi, armada penerbangan lain yang selama ini melayani rute Ambon – Tual – Saumlaki merasa keberatan dengan praktek penerbangan yang tidak sesuai izin ini.

Perkuat rute KTI

Sementara itu, maskapai penerbangan Sriwijaya Air, pada tahun 2009 memantapkan segmentasi pasarnya ke Kawasan Indonesia Indonesia Timur (KTI) dengan membuka rute baru Surabaya-Manado yang ditargetkan akan mencapai tingkat keterisian kursi penumpangnya sebesar 85 persen dari total 167 kursi.

“Kami yakin, penerbangan perdana yang dilakukan saat ini akan mencapai target `load factor`. Selanjutnya, sampai akhir semester pertama tahun ini diharapkan angkanya naik menjadi 90%,” kata Direktur Komersial Sriwijaya Air, Toto Nursatyo, Menurut dia pasar di Timur sangat luas sehingga menjadi bidikan sejumlah operator penerbangan. Apalagi, dilihat dari besarnya pasar dari kalangan bisnis dan pemerintah daerah.

“Untuk meningkatkan jumlah penumpang di KTI, kami mulai membuka rute penerbangan terbaru yakni Surabaya-Menado,” ujarnya. Frekuensi terbangnya akan dibuka setiap hari dengan mengoperasikan pesawat jenis Boeing 737-400 berkapasitas 167 penumpang. Sedangkan jadwal penerbangan rute Surabaya-Manado ini, berangkat dari Surabaya pukul 07.50 WIB, tiba di Manado pukul 11.20 WITA.

Saat kembali ke Surabaya, keberangkatan dari Menado pukul 11.50 WITA dan tiba di Surabaya pukul 13.25 WIB. “Pembukaan rute ke-35 di pasar di KTI, sekaligus mengoptimalkan rute di wilayah Timur yang sudah ada sebelumnya semisal Jakarta-Ujung Pandang-Gorontalo, Jakarta-Ujung Pandang-Ambon, Jakarta-Ujung Pandang-Kendari, dan Jakarta-Surabaya-Kupang,” katanya.

Selain rute tersebut, ke depan pihaknya juga membuka rute penerbangan Surabaya-Makassar-Ternate, Jakarta-Yogyakarta, dan Surabaya-Yogyakarta. Banyaknya rute penerbangan di KTI, kata dia, mendorong pertumbuhan penumpang Sriwijaya di wilayah tersebut akan mencapai target tahun ini antara 10-15%..