Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Selasa, Maret 03, 2009

Ekspor daerah anjlok total

MAKASSAR: Kontribusi ekspor makin sulit diharapkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi tahun ini. Krisis ekonomi global menyebabkan permintaan pasar dan harga komoditas jatuh sehingga sangat mempengaruhi ekspor. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan melaporkan nilai ekspor daerah itu pada Januari 2009 ambruk 89,64% terhadap bulan sama tahun lalu, akibat tak ada kontribusi nikel dan anjloknya kakao.

Dua komoditas itu secara bersama-sama selama ini menyumbang sekitar 70%-90% ekspor Sulsel, dengan nikel mendominasi sebesar 60%-80%. Kontribusi keduanya memuncak pada 2007 hingga awal 2008 saat harga di pasar dunia melejit. Sementara itu, dari Palu dilaporkan nilai ekspor Sulawesi Tengah juga amblas hingga 77,93% dibandingkan dengan Desember 2008. Menurut Kepala BPS Sulteng Razali Ritonga, kondisi itu dipicu turunnya volume sampai 77,4%.

Ekspor Sulteng pada Januari yang senilai US$6,44 juta didominasi komoditas kakao/coklat sebesar 94,11%. Selain itu, kayu dan barang dari kayu 4,82%. Kepala BPS Sulsel Bambang Suprijanto mengatakan pihaknya berharap penurunan ekspor hanya berlangsung sementara.

Dia menuturkan Sulsel masih harus menyimak perkembangan pada triwulan I untuk memerkirakan prospek ekspor dan pertumbuhan ekonomi tahun ini. “Negara-negara tujuan seperti Jepang, Amerika Serikat, dan negara maju lain masih berkonsolidasi memulihkan ekonomi domestik mereka. Kita harus menunggu apakah penurunan ini sementara atau bertahan lama,” katanya, kemarin.

Nilai ekspor Sulsel pada Januari tercatat sebesar US$22,85 juta. Sebanyak sembilan dari 10 komoditas ekspor utama daerah itu anjlok. BPS mengemukakan tak ada catatan ekspor nikel pada Januari. Di Januari 2008, nikel membukukan transaksi US$178,6 juta sedangkan pada Desember 2008 sebesar US$62,2 juta. Adapun kakao yang biasanya berada di urutan kedua penyumbang nilai terbesar turun 34% dibanding Desember menjadi US$4,92 juta.

Turunnya nikel otomatis mempengaruhi nilai ekspor ke Jepang hingga 62% dibandingkan dengan Desember. Razali menambahkan tiga negara tujuan terbesar Sulteng adalah Malaysia (56,93% dari sisi nilai), Singapura (27,15%), dan Amerika Serikat (10,03%). Negara lain Prancis, China, Korsel, Afrika Selatan, Hongkong, dan Taiwan kurang dari 4%.

Sekitar 95% ekspor Sulteng dilakukan melalui Pelabuhan Pantoloan Palu, selebihnya tercatat lewat Pelabuhan Loli. Pada Januari 2009, Sulteng tidak mengimpor.
Defisit Kemerosotan ekspor Sulsel demikian besarnya sehingga daerah itu mengalami defisit perdagangan pada Januari sebab nilai impor lebih tinggi. Berdasarkan catatan Bisnis, dalam kurun setahun terakhir, kondisi ini pernah dua kali terjadi yakni pada Mei dan Juni 2008. Kejadian defisit itu dipicu oleh hal serupa, yakni nihilnya ekspor nikel.

“Nilai impor kita pada Januari 2009 sebesar US$24,34 juta atau turun 59,4% dibanding Januari 2008 dan 82% dibanding Desember 2008,” jelas Bambang. Impor Sulsel bulan lalu melambung hingga US$135,25 juta akibat pembelian dua unit pesawat tempur Sukhoi dari Rusia. Tiga negara pemasok barang impor terbesar selama Januari 2009 ke Sulsel adalah Australia dengan US$15,55 juta (64%), Thailand US$1,15 juta (4,75%), serta China US$988.000 (4%).