Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Rabu, Maret 04, 2009

Perbankan syariah kian sulit bersaing

MAKASSAR: Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Sulsel menilai perbankan syariah makin sulit bersaing dengan bank konvensional yang juga tetap berekspansi di tengah perlambatan sektor riil tahun ini.

Ketua Asbisindo Sulsel Rusman Saing mengatakan 70% pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah di daerah itu selama ini merupakan transaksi murabahah sehingga amat ber­gan­tung pada kondisi ekonomi. Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membelikan barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah senilai harga perolehan ditambah margin laba yang disepakati kedua pihak.

Dalam transaksi ini, harus ada aset atau barang yang mendasari pembiayaan (underlying asset). Konsekuensinya, jika sektor riil positif, perbankan syariah biasanya menjadi lebih leluasa mengucurkan pembiayaan karena minat beli masyarakat baik. Sebaliknya, bila kondisi ekonomi melempem, bank syariah bakal sulit mencari nasabah dengan konsep murabahah.
“Kami baru akan membiayai kalau ada barang. Lain halnya dengan bank konvensional yang bahkan bisa menambah plafon di tengah jalan dan tidak perlu mencari nasabah baru,” kata Rusman, kemarin. Atas dasar itu, Kepala Cabang BRI Syariah Makassar ini memerkirakan kinerja bank syariah mencakup aset, pembiayaan, dan dana pihak ketiga di Sulsel bakal cenderung hanya tumbuh tipis pada semester I 2009 mengikuti kondisi sektor riil.

“Apabila perbankan konvensional mampu tumbuh lebih tinggi dibanding kami, maka jarak kinerja pasti melebar lagi,” tambahnya. Pangsa bank syariah di Sulsel terhadap bank konvensional kembali ambruk tahun lalu setelah sempat menipiskan kesenjangan pada 2007.

Per Desember 2008, pangsa aset bank syariah terhadap total perbankan turun menjadi 3,2% dari sebelumnya 4,3% pada 2007. Meski demikian, pertumbuhan aset bank syariah 23% sebenarnya melampaui rerata bank konvensional hanya 13,2%. Porsi pembiayaan bank syariah juga terkoreksi dari 4,2% menjadi 4% di akhir tahun lalu karena pertumbuhan pembiayaan cuma 16,5%, lebih rendah dari bank konvensional 23%.

Hanya di sektor DPK, bank syariah menunjukkan kemajuan. Outstanding DPK syariah meroket 33,6% sekaligus melecut pangsa ke kisaran 2,3% dari tahun sebelumnya 2,2%. Selain murabahah, pembiayaan syariah juga dapat berbentuk bagi hasil (mudharabah), penyertaan modal (musyarakah), pembiayaan barang modal dengan sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan pilihan pemindahan kepemilikan dari bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Condong konsumsi
Kepala Cabang Bank BNI Syariah Ali Fauzi mengatakan perbankan syariah belakangan ini makin condong membiayai sektor konsumsi seperti untuk pemilikan rumah dan mobil. Hal itu, katanya, karena sektor tersebut paling prospektif saat ini. “Ada beberapa sektor yang masih prospektif dibiayai, termasuk KPR dan perdagangan sembilan bahan pokok. Dalam situasi ekonomi kurang baik, mereka yang paling aman,” paparnya.

Ali mengaku kurang sepakat de­­ngan pandangan pembiayaan ke sektor konsumsi tidak memban­tu mendorong perekonomian. Menurutnya, geliat sektor konsumsi rumah dan properti pada akhirnya akan berdampak pada sektor riil lainnya. “Meskipun tidak secara langsung, bisnis properti yang maju pasti akan memberi multiplier effect bagi dunia usaha secara keseluruhan,” tuturnya.

Dia menjelaskan pembiayaan KPR syariah memiliki beberapa keunggulan dibanding produk bank konvensional, a.l. transparansi transaksi termasuk soal margin keuntungan, angsuran tetap sampai lunas, serta memenuhi prinsip syariah. “Keunggulan ini yang dapat kami tonjolkan kepada nasabah. Kalau dari sisi rate relatif mirip dengan tingkat bunga bank BUMN,” kata Ali.